Fakta di Indonesia juga menunjukkan, bahwa angka kelainan refraksi (mata minus, silinder) di Indonesia, mencakup 20,7% dari seluruh penyebab kebutaan dan 25% dari seluruh penyebab gangguan penglihatan sedang.
Tak heran bila banyak penderita Kelainan Reraksi (mata minus, silinder) yang ingin “sembuh” dengan Tindakan Lasik.
“Kita lihat tren Lasik ini meningkat, dan terbukti memberikan kualits penglihatan yang lebih baik. Sehingga masyarakat banyak yang ingin bebas dari kacamata dan softlens dari Lasik ini,” lanjutnya.
Semakin banyak masyarakat yang membutuhkan dan minat terhadap Tindakan Lasik, maka semakin banyak pula dibutuhkan tenaga Kesehatan yang berkompeten di bidang Lasik.
Karena itu, para peserta “Lasik Course” NEC ini membutuhkan edukasi & wetlab untuk upgrade pengetahuan & kemampuan dalam penanganan Kelainan Refraksi.
Para dokter mata ini mendapat belasan materi yang spesifik tentang Lasik dari para pemateri kompeten di bidangnya.
Menariknya, setiap peserta dokter mata mendapat pengarahan dan didampingi langsung oleh 1 dokter mata pembimbing.
“Wetlab “Lasik Course” NEC ini menggunakan teknologi LVC tercanggih, yaitu femtosecond laser, dan ke depannya akan kami lakukan rutin,” tuturnya.
Editor : Ali Masduki