SURABAYA, iNews.id - Tokoh Nasional Dr Rizal Ramli (RR) menanggapi pernyataan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) tentang sebuah anggapan bahwa yang layak menjadi Presiden RI adalah orang-orang Jawa.
Pernyataan LPB sontak banjir komentar di dunia maya. Bahkan RR menyebut jika pernyataan LBP ngasal. Menurut Menko Perekonomian era Gus Dur ini, orang luar Jawa susah menjadi presiden karena sistem pemilihan Presiden Indonesia tidak kompetitif.
"Oligapolistik yang sengaja direkayasa untuk menguntungkan boneka oligarki. Kalau sistimnya kompetitif tidak ada lagi pembelahan Jawa vs non-Jawa," kata RR.
Ia mencontohkan, Prof BJ Habibie, Presiden RI ke 3 non-Jawa merupakan sosok visioner dan unggul.
"Orang Pare-Pare, demokratis, problem-solver, berfikir dan bekerja cepat dan nyaman di lingkungan internasional. Tidak feodal, tidak mencla-mencle, bukan boneka oligarki," tandasnya.
Arief Gunawan, pemerhati sejarah menyampaikan hal serupa. Menurut dia, Bunga Hatta di tahun 1951 menulis satu artikel yang mengkritik penulisan sejarah yang bercampur dengan dongeng dan legenda, yang disebutnya Dichtung und Wahrheit (Yang dibuat-buat dan Yang benar).
Sehingga akibatnya masyarakat meyakini seolah-olah sejarah bercampur dongeng dan legenda itu sebagai kebenaran. Meskipun ternyata hanya mitos belaka. Bagaimana dengan dikotomi Jawa dan non Jawa dalam konteks pemilihan presiden?
"Pada masa pergerakan kemerdekaan pertentangan seperti ini tidak pernah terjadi. Sulit dibayangkan peristiwa seperti Sumpah Pemuda 1928 dapat berlangsung apabila para tokoh saat itu membatasi diri dengan dikotomi Jawa-non Jawa," katanya.
Editor : Ali Masduki