Menurut Arief, dikotomi Jawa dan non Jawa yang merupakan mitos sesat bikinan Belanda seolah menemukan pembenarannya pada masa Soeharto yang sedemikian lama menjadi presiden (32 tahun).
Sehingga syahdan berkembang pameo jika figur wapres boleh berganti-ganti dari berbagai suku, tapi presidennya harus orang Jawa.
Arief mengatakan, cara berpikir seperti ini bukan saja melanggengkan mitos sesat bikinan Belanda, tetapi juga sangat diskriminatif, karena menciptakan kesan figur-figur non Jawa yang memiliki kapasitas kepemimpinan seolah hanya layak menempati posisi nomor dua.
"Cara berpikir feodalistik dan superioritas primordialistik seperti ini sangat jauh dari cita-cita demokrasi yang berkeadilan," ungkapnya.
Diketahui, celetukan LBP itu terlontar dalam sebuah talkshow bersama Rocky Gerung di channel YouTube RGTV.
Rocky Gerung mengundang Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan untuk bincang-bincang dalam channel YouTubenya, salah satunya terkait penerus Presiden Joko Widodo (Jokowi) di 2024.
Dalam ngobrol-ngobrol santai itu, Luhut sempat bicara soal banyak orang yang ingin jadi presiden.
Perbincangan Rocky dan Luhut itu ditayangkan dalam YouTube RGTV Channel. Rocky awalnya mempertanyakan kepada Luhut terkait calon-calon suksesor Jokowi yang beredar saat ini belum terlihat punya ide atau konsep di 2024 pada Jumat (23/9/2022). Rocky telah mengizinkan konten tersebut untuk dikutip.
"Kebanyakan orang pasang spanduk baliho tinggi-tinggi kita nggak tahu di belakang kepala yang besar di baliho ada isinya atau nggak itu, kan itu intinya? Rakyat merasa kok nggak ada percakapan intelektual ya di antara pemimpin itu, Pak Luhut rasain nggak itu keadaan itu? Agak jujur bikin evaluasi Pak Luhut," lanjut Rocky.
Editor : Ali Masduki