Pada kesempatan itu, Wali Kota Eri menjelaskan bahwa rangkaian Hari Santri di Kota Surabaya itu sudah dimulai dengan lomba MTQ Surabaya, dilanjutkan malam tasyakuran dan dilakukan Upacara Hari Santri. Menurutnya, ini penting untuk mengingatkan kembali bahwa Surabaya tidak bisa dilepaskan dari santri karena menjadi tempat resolusi jihadnya.
“Jadi, saya ingin mengingatkan kembali bahwa Surabaya ini tidak bisa dilepaskan dari santri karena resolusi jihadnya,” kata Wali Kota Eri.
Saat itu, lanjut dia, Presiden Soekarno mendatangi Mbah Kiai Hasyim Asy’ari untuk menanyakan bagaimana hukumnya mempertahankan Kemerdekaan. Menanggapi hal itu, KH Hasyim Asy’ari akhirnya mengeluarkan fatwa berupa resolusi jihad yang kemudian diputuskan dalam rapat para konsul NU se-Jawa Madura.
Resolusi jihad itulah yang kemudian membakar semangat masyarakat Indonesia terutama warga Surabaya dan sekitarnya untuk bertempur melawan penjajah, sehingga terjadilah pertempuran yang sangat luar biasa dan tidak pernah terjadi di daerah lainnya, yaitu pertemuan 10 November 194. Kala itu, para santri mengangkat senjata, mengangkat bambu runcing untuk mempertahankan Kemerdekaan RI, khususnya di Kota Surabaya. “Dari situlah Surabaya akhirnya menjadi Kota Pahlawan,” tegasnya.
Editor : Arif Ardliyanto