SURABAYA, iNews.id - Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Eddy Widjanarko, terpilih sebagai Ketua Confederation of International Footwear Association (CIFA) 2023 dalam ajang International Footwear Conference (IFC) ke-39 di Hongkong, pertengahan November lalu.
Menurut Eddy, dengan kondisi ekonomi saat ini, termasuk ancaman resesi yang diprediksi banyak kalangan, akan terasa imbasnya di industri alas kaki.
"Karena perlambatan ekonomi, konsumen akan membatasi belanjanya. Sehingga menyebabkan over stock di toko-toko," ungkap Eddy, Jumat (25/11/2022).
Karena itu, kata dia, satu bulan terakhir di tahun ini dan tahun depan menjadi tantangan yang besar untuk menghadapi kondisi ekonomi yang diprediksi resesi tersebut.
Saat ini saja, Eddy menyebut beberapa brand besar sudah menyatakan akan mengurangi order ke semua negara tempat produksinya hampir 50 persen. Setidaknya tiga brand besar sepatu untuk keperluan olahraga sudah menyatakan hal tersebut.
”Pengurangan order akan berlaku 5-6 bulan ke depan dengan harapan stok yang sekarang masih menumpuk di toko sudah terjual dan kemudian mereka akan menambah lagi ordernya bahkan bisa naik hingga 30 persen,” beber Eddy.
Dari pemesanan tersebut, lanjut dia, Indonesia diperkirakan bisa menyerap sekitar 80 persen order yang ada jika dibandingkan dengan sebelum pandemi. Industri alas kaki di Indonesia tentu juga tidak akan lepas dari imbas resesi global tersebut.
”Ekspor pasti akan turun. Tapi untuk pasar domestik harapannya bisa kembali bagus karena suasana pandemi di Indonesia sudah terkendali, toko-toko buka, sekolah juga sudah normal kembali. Karena itu kami yakin pasar domestik mengalami kenaikan permintaan,” papar Eddy.
Namun, kata dia, adanya lockdown di China akibat pandemi, sejak tahun 2020 lalu, berhasil menaikkan ekspor alas kaki Indonesia.
"Tercatat di tahun 2020, ekspor sepatu mengalami kenaikan 8,97 persen, tahun 2021 naik 28,3 persen dan pada periode Januari - September 2022 ini, sudah ada kenaikan 35,57 persen," katanya.
Diketahui, Eddy yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Timur tersebut, sebelumnya sudah pernah menjabat sebagai Ketua CIFA pada tahun 2008.
Sebagai Ketua CIFA hingga setahun mendatang, Eddy memiliki tiga kewajiban.
"Pertama, wajib menghadiri semua kegiatan-kegiatan baik pameran maupun pertemuan bisnis dan menerima kunjungan dari negara-negara anggota," kata Eddy.
Kedua, harus menghadiri beberapa pertemuan tahunan industri alas kaki di China, Vietnam dan Italia. Ketiga, mengadakan lomba desain sepatu yang akan diselenggarakan di Ho Chi Minh, Vietnam, di tahun 2023 mendatang.
"Selain itu juga Indonesia terpilih menjadi tuan rumah IFC ke-40 yang akan diselenggarakan di 2023. Rencananya akan kami gelar di Jakarta," jelas Eddy.
CIFA merupakan konfederasi asosiasi sepatu internasional yang didirikan sejak tahun 1976 oleh asosiasi sepatu dari Hong Kong, Jepang, Korea dan Taiwan.
Di tahun ini ada penambahan satu negara anggota yaitu Pakistan dan di tahun depan, Turki akan bergabung.
Dengan demikian ada 17 negara yang akan menjadi anggota CIFA. 17 negara ini menguasai 85 persen market share alas kaki dunia. Pertemuan ke-39 di Hongkong ini merupakan pertemuan pertama setelah sempat vakum selama dua tahun akibat pandemi.
Dalam pertemuan tersebut dibahas bagaimana pengembangan industri alas kaki di masa post pandemi serta kebijakan pemerintah di berbagai negara.
Editor : Ali Masduki