Lebih lanjut, mengenai proses pengobatan pasien penderita HIV, layanan pengobatan gratis diberikan di puskesmas dan rumah sakit. Apalagi, semakin bagus pelayanan di Kota Surabaya, maka akan semakin banyak pasien luar Surabaya yang datang untuk berobat.
“Uwes kuabeh (sudah semua), semua Puskesmas dan rumah sakit onok (ada). Kok nambah terus? nambah e teko njobo (nambahnya dari luar) Suroboyo. Tapi kan nggak boleh kita nolak, kota besar pasti akan terus didatangi. Dan memang pengobatan di Surabaya dan terutama di RSUD Soetomo ini bagus, sehingga banyak orang yang berobat di Surabaya,” terang dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, pihaknya berupaya menekan angka kasus HIV dengan melakukan skrining dini pada kelompok beresiko (WPS, LSL, Waria, IDU) dan kelompok rentan (ibu hamil, masyarakat termasuk pelajar SMP dan SMA).
“Pemberian pengobatan ARV untuk memutus mata rantai penularan HIV dan pemberian Pre Exposure Profilaksis (PrEP), serta pendidikan kesehatan reproduksi pada calon pengantin,” kata Nanik.
Karenanya, Dinkes Surabaya juga menggelar sosialisasi kepada remaja di Kota Pahlawan sebagai upaya pencegahan sejak dini. “Yakni, pemberian edukasi komprehensif atau kampanye mengenai HIV dan AIDS bertajuk “Aku Bangga Aku Tahu tentang HIV” pada pelajar di SMP dan SMA di Kota Surabaya. Kemudian edukasi melalui Saka Bhakti Husada dan kelompok dampingan remaja,” ujar dia.
Editor : Arif Ardliyanto