Dalam hal itu, pengaruh kenaikan suku bunga BI akan mengakibatkan bunga deposito (tabungan) naik. Artinya suku bunga pinjaman dan obligasi pun naik, termasuk suku negara imbal hasilnya naik. Terlebih kepercayaan investor terhadap penerbitan obligasi dan sukuk negara masih sangat baik.
“Kalau mempertahankan suku bunga, ya, kemungkinan tidak ada orang yang mau membeli. Meski obligasi di Indonesia termasuk kategori aman, lantaran pemerintah Indonesia selalu tepat dalam membayar hutang pokok maupun bunga,” kata dosen FEB UNAIR itu.
Obligasi pemerintah Indonesia bukan tanpa alasan, sambungnya, langkah pemerintah Indonesia dalam menerbitkan obligasi dan sukuk negara juga mempertimbangkan keadaan pasar dan kebutuhan dana hutang.
“Pemerintah Amerika hutangnya jauh lebih gede dari Indonesia yakni 120 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pemerintah Indonesia pun masih memiliki kredibilitas sehingga hal tersebut dapat memberikan kepercayaan pada investor,” ujarnya.
Di akhir, Rossanto berharap pemerintah memiliki kapasitas fiskal untuk memberikan injeksi jaring-jaring pengaman sosial.
“Masyarakat pun demikian, dengan merangkaknya harga pangan, sebaiknya mengurangi hal-hal yang sifatnya konsumtif, dan mulai melek investasi,” pungkasnya.
Editor : Ali Masduki