Ayah Hoegeng merupakan seorang yang bekerja sebagai jaksa di Pekalongan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Latar belakang inilah yang kemudian dikemudian hari mempertemukan antara Hoegeng dengan kerabat ayahnya yang bernama Ating Natadikusuma yang merupakan seorang Kepala Polisi Karesidenan Pekalongan.
Sosok Ating inilah yang menginspirasi Hoegeng untuk menjadi seorang polisi yang kemudian beliau melanjutkan kuliahnya di Recht Hoge School (RHS) di Batavia yang merupakan sekolah hukum di Batavia sebagai dasar untuk melanjutkan ke sekolah Komisaris Polisi di Sukabumi, Jawa Barat.
Seiring berjalannya waktu setelah lulus dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Angkatan Pertama pada tahun 1952 Hoegeng langsung ditempatkan di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur sebagai Dinas Pengawasan Keamanan Negara.
Kemudian pada tahun 1956 atau empat tahun setelah berada di Polda Jawa Timur, Hoegeng dipindahkan ke Sumatera Utara dan menjabat sebagai Kepala Bagian Reserse Kriminal Kantor Polisi Sumatera Utara.
Penugasan Hoegeng di wilayah atau bagian korupsi, kriminal, perjudian dan penyelundupan inilah titik awal kisah kejujuran dan integritas Hoegeng yang melegenda dimulai.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Medan, Hoegeng langsung disuap sejumlah mobil dan rumah mewah lengkap dengan berbagai perabotnya yang disuguhkan oleh para mafia untuk menyambutnya.
Hoegeng yang geram dengan suap ini memilih tinggal di hotel dan tidak sudi menerima sedikitpun menyentuh barang-barang milik mafia.
Setelah menyelesaikan tugasnya menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminal Kantor Polisi Sumatera Utara pada tahun 1960 Hoegeng dipindahkan ke Jakarta dan dipercaya mengemban berbagai tugas negara salah satunya sebagai Kepala Jawatan Imigrasi.
Editor : Ali Masduki