Namun, kalaupun tidak sesuai target, itu juga menjadi barometer bahwa masyarakat di Jawa Timur sudah sehat semua.
"Jadi yang kita sebut target itu adalah target minimal. Kalau jumlah pasien lebih dari kuota, kita dengan yayasan yang bekerjasama tidak mempermasalahkan biaya. Yang jadi masalah, ketika kuota kurang. Misal, jumlah pasien ternyata hanya 20 orang, sedangkan dokter ahli yang kita siapkan banyak, terus mereka akhirnya tidak bekerja karena jumlah pasien sedikit. Lah ini tidak sebanding," terang Erwin.
Perwira dengan melati tiga di pundaknya itu menjabarkan, dalam setiap tahun yang melakukan kegiatan sosial operasi katarak, bibir sumbing, benjolan dan hernia ini banyak. Bukan hanya yayasan saja, bahkan pemerintah pun juga melakukan kegiatan ini.
"Jadi wajar kalau pesertanya setiap tahun semakin sedikit, karena mereka sudah ikut di program pemerintah atau yayasan lainnya," bebernya.
Ditanya apa yang membedakan program RS Bhayangkara dengan yayasan atau yang lainnya. Erwin menegaskan, tentu ada perbedaan. Yang pertama, Polda Jatim memiliki 10 RS Bhayangkara.
"Dan itu akan memudahkan pasien, karena selain itu kita juga punya Bhabinkamtibmas yang ada di setiap pelosok. Sehingga, jika ada pasien yang membutuhkan bisa langsung melaporkan ke Bhabinkamtibmas yang kemudian akan diteruskan ke RS Bhayangkara untuk ditindaklanjuti," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto