Huri, salah satu nelayan yang terdampak adanya cuaca ekstrem mengaku sangat sedih. Sebagai seorang nelayan tradisional, produktifitasnya mengalami penurunan drastis. Bahkan cenderung tidak bisa memperoleh pendapatan. Sayang, kondisi ini tak mendapat respon dari pemerintah. Maklum, Pulau Bawean tergolong wilayah yang sulit terjangkau. Jadi, pemerintah terkesan mengabaikan keberadaannya.
“Selama ada cuaca buruk dan banjir suami jarang melaut. Saya jualan juga sepi,” ujar Sarinten, salah satu istri nelayan sambil mengelus dada.
Nelayan Pulau Bawean harus Berhenti Melaut karena adanya Cuaca Ekstrem yang melanda. Foto iNewsSurabaya/muhammad
Iwan, Tokoh Nelayan Pulau Bawean juga merasakan hal yang sama. Ia menyayangkan minimnya perhatian pemerintah, dengan bantuan yang hanya di berikan pada warga yang terdampak tanah longsor. Padahal, kampung nelayan Bawean sangat minim perhatian dan sentuhan dari berbagai pihak, baik politisi asal Dapil Bawean juga belum ada.
“Hari ini saya, mendapat keluhan dari para nelayan, khususnya nelayan kecil yang terdampak banjir dan cuaca buruk. dan dampaknya terhadap kami pada alat-alat nelayan yang sepi pembeli. Mereka tak memiliki penghasilan bahkan belum tersentuh bantuan dari Pemkab Gresik,” ujarnya.
"Saya mempertanyakan apakah yang terdampak banjir dikampung nelayan akan diperhatikan sama oleh Pemkab,” lanjutnya.
Dia berharap program bantuan terdampak banjir dan cuaca buruk ini sama-sama diperhatikan dan disentuh. Sebab, banyak keluhan dari warga pesisir yang juga terdampak banjir. “Bantuan untuk bencana alam di Bawean ada, tapi harusnya tidak hanya warga terdampak banjir tetapi semua warga di Pulau Bawean,” harapnya.
Editor : Arif Ardliyanto