SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Preeklamsia telah menjadi momok bagi ibu hamil di Indonesia. Ibu hamil harus mengetahui gejala, penyebab, hingga penangannya supaya kondisi bayi dalam kandungan bisa terselamatkan.
Saat ini, preeklamsia dan tanda-tanda bahayanya yang mengancam jiwa mulai banyak. Bahkan tanggal 22 Mei selalu diperingati Hari Preeklampsia Se-dunia sebagai bukti tanda bahaya. Preeklamsia sendiri merupakan komplikasi kehamilan berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Kondisi ini biasanya terjadi ketika usia kehamilan mencapai 20 minggu.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengimbau setiap ibu hamil untuk waspada dan tetap menjaga kesehatan tubuh agar tidak terjadi preeklampsia dan komplikasi dengan rajin melakukan screening. Ia menegaskan, pemeriksaan dan screning wajib dilakukan terutama bagi ibu hamil risiko tinggi.
“Ibu hamil harus rajin dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala pada bidan maupun puskesmas terdekat. Sebab dengan pemeriksaan rutin, maka potensi bahaya preeklampsia bisa dihindari,” katanya.
Gubernur Khofifah mengajak para Ibu Hamil melakukan deteksi dini kehamilannya di pusat layanan kesehatan setempat. Ini berfungsi untuk mengetahui berapa besar potensi terjadinya preeklampsia. Jadi ketika Nakes melihat adanya potensi (preeklampsia) langkah tindakan akan segera dilakukan.
Selain itu, Khofifah menyebut bahwa kematian ibu masih menjadi masalah di beberapa daerah di Jatim. Ia menegaskan kembali, bahwa dalam upaya penyelesaian AKI khususnya karena faktor preeklampsia bisa diselesaikan dengan meningkatkan mutu layanan, meningkatkan kolaborasi antar puskesmas, RS, dinkes, perawat dan Obgin.
"Jadi kemudahan akses layanan kesehatan ini harus lebih mudah. Kolaborasi itu bisa mendukung lebih intensif, RS, puskesmas, ibu, obgyn dan perawat diedukasi. Rujukan selama ini ibu hamil kesulitan bagaimana mencari tempat RS, dengan ini RS lebih cepat, respon lebih cepat, pelayanan lebih baik agar ibu tertolong," jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto