Banteng Jawa
Populasi Banteng Jawa terkonsentrasi di Taman nasional Ujungkulon, Taman Nasional Meru betiri, Taman Nasional Baluran, dan Taman Nasional Alas Purwo. Beberapa faktor yang mengakibatkan turunya populasi banteng di alam adalah:
1. Faktor ketersediaan air
2. Faktor perubahan habitat
3. Faktor perburuan liar
4. Faktor predator alami
Menurut International Union for Conservation of Nature’s (IUCN) banteng dikategorikan Vulnerable atau rawan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian terhadap populasi, habitat, penyebaran dan perilaku banteng.
Taman Safari Indonesia juga secara aktif berkontribusi dalam koservasi Banteng Jawa, seperti Relokasi dan Rescue Banteng Jawa yang keluar dari habitat atau masuk ke dalam pemukiman atau perkebunan.
Dari 6 betina dan 1 Pejantan yang di rescue ke TSI II (2006), TSI telah berhasil mengembangbiakan banteng jawa secara ex-situ menjadi 28 ekor (hingga 2022).
Kemudian yang terbaru Taman Safari Indonesia berhasil dalam mengembangkan Breeding Banteng Jawa melalui Inseminasi Buatan (IB) yang bekerjasama dengan IPB Bogor.
Program breeding untuk spesies Banteng jawa di Taman Safari Indonesia II, Prigen dapat berkembang biak dengan baik, saat ini Banteng jawa di TSI Prigen berjumlah sekitar 32 ekor berasal dari 14 ekor indukan perolehan dari F0, 16 ekor kelahiran di TSI Prigen F1, dan dipersiapakan sebagai stok sediaan satwa untuk pengembangan inseminasi buatan Banteng jawa.
Keberhasilan Taman Safari Indonesia menangkarkan Banteng Jawa secara ex-situ ternyata menarik perhatian berbagai pihak untuk mengembangkan lebih lanjut, salah satunya kegiatan riset reproduksi banteng jawa (Bos javanicus) berkelanjutan dan optimalisasi program konservasi konservasi bagi revitalisasi genetic sapi bali yang bekerjasama dengan PT. Smelting ini.
Editor : Ali Masduki