Jujur, ungkap dia, patut dicurigai garam impor yang seharusnya untuk industri ini merembes dipergunakan konsumsi. Kecurigaan ini muncul karena pengusaha yang mendapatkan impor garam melakukan pengolahan dengan menggunakan mesin sama. Parahnya, gudang yang dipergunakan untuk penampungan juga sama. “Sangat mungkin garam impor ini merembes untuk konsumsi. Logikanya, mesinnya sama, gudangnya juga sama, belum lagi mereka stabil dipasaran. Ini butuh kejelian untuk melakukan penelitian,” papar Pang Budiono.
Direktur PT Jakarta Garamindo Sejahtera, Ferri Chandra juga memberikan dukungan adanya impor garam konsumsi. Kebijakan impor ini menjadi salah satu langkah pemerintah menyelamatkan pengusaha lokal, juga bertujuan untuk menjaga stabilitas harga garam. “Impor ini khusus garam konsumsi. Usulan saya garamnya dari India, jangan Australia. Biar berbeda dengan impor yang pertama untuk kebutuhan industri,” katanya.
Untuk perusahaan yang menerima impor garam konsumsi ini, Ferri meminta supaya pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus. Artinya perusahaan yang telah melakukan impor garam industri tidak diperkenankan mendapat jatah impor lagi. “Seyogyanya, perusahaan yang telah mengimpor garam industri tidak diperkenankan bermain di garam konsumsi. Ini dilakukan supaya garam indsutri tidak merembes. Harus perusahaan yang berbeda, khususnya perusahaan garam lokal,” pintanya.
Editor : Arif Ardliyanto