TANGERANG, iNewsSurabaya.id - Keamanan pangan sangat erat hubungannya dengan kesehatan, sehingga merupakan persoalan serius yang perlu menjadi perhatian.
Bahan pangan yang tidak aman dapat menyebabkan masalah kesehatan, penyakit, bahkan berujung kematian. Salah satu masalah kesehatan yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah stunting pada anak.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6%. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4%.
Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%.
Adapun, faktor penyebab angka stunting tersebut disebabkan salah satunya karena kurangnya asupan penting seperti protein hewani, nabati dan zat besi sejak sebelum sampai setelah kelahiran.
Hal ini berdampak pada bayi lahir dengan gizi yang kurang, sehingga anak menjadi stunting.
Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kukuh S Achmad mengatakan dengan jumlah angka stunting yang masih diatas standar WHO tersebut, maka salah satu intervensi yang penting dilakukan adalah menjamin keamanan pangan agar pangan yang dikonsumsi aman dan bermutu.
"Salah satunya, melalui implementasi standar pangan secara ketat dan menyeluruh terhadap bahan pangan dan makanan yang beredar," katanya dalam Seminar Peringatan Hari Keamanan Pangan Dunia (World Food Safety Day) Tahun 2023 dan Perayaan 60 Tahun Codex Alimentarius Commission, di Kabupaten Tangerang, pada Jumat (16/6/2023).
Editor : Ali Masduki