Saat wabah PMK, kata dia, seluruh sapinya tidak berproduksi susu. Bahkan saat wabah tersebut, dari 13 sapi yang dimilikinya, mati 5 ekor, dijual 2 ekor dengan harga total Rp6 juta. Jamal mengaku total kerugian yang dialaminya selama wabah PMK lebih dari Rp120 juta. "Saat pemulihan, biaya pakan/konsentrat meningkat. Selama 3 bulan menghabiskan biaya sekitar Rp12 juta," ujarnya.
Pada masa penyembuhan, sapi milik Jamal tinggal 5 ekor. Kemudian sapinya mendapatkan vaksinasi gratis dari pemerintah. Selain itu Jamal mendapat ganti rugi dari pemerintah sebesar Rp 10 juta per ekor. “Saya mendapat ganti rugi dari pemerintah sebesar Rp 40 juta rupiah. Hanya 4 sapi yang mendapatkan ganti rugi, karena yang 1 sapi tidak terdaftar,” terangnya.
Uang ganti rugi dari pemerintah digunakan Jamal untuk membayar hutang kepada pengepul pakan/konsentrat selama pemulihan. "Alhamdulillah, setelah kondisi sudah aman dan terkendali bisa membeli 2 ekor babon (sapi bunting) seharga Rp42 juta,” katanya.
Kepala Pertanian Kota Batu Heru Yulianto menambahkan, Brau menjadi salah satu wilayah penting di Kota Batu. Selain wisata juga sebagai produsen penghasil susu sapi. Karenanya Pemkot Batu berkomitmen untuk membangkitkan kembali Brau pasca diterjang PMK. "Pemkot Batu akan terus melakukan monitoring dan evaluasi agar kebangkitannya bisa lebih cepat," katanya.
Kepala Dinas (Kadis) Peternakan Jatim Indyah Aryani menyatakan, Jatim sejak Agustus 2023 nol kasus PMK. Untuk benar-benar dinyatakan terbebas dari PMK, hewan ternak yang rentan seperti sapi, kerbau, kambing dan babi harus divaksin minimal 90 persen atau bahkan 100 persen dari total populasi. "Target kami di tahun 2023 menyuntikkan 7,3 juta dosis vaksin kepada hewan ternak yang rentan PMK. Untuk mencapai vaksinasi 100 persen, karena keterbatasan SDM yang menyuntikkannya, kami targetkan sampai tiga tahun mendatang," ucapnya.
Sebelum pandemi PMK melanda pada Mei 2022, populasi sapi perah di Jatim terdata sebanyak 305.000 ekor yang tersebar di berbagai daerah kabupaten/ kota wilayah Jatim. Sekarang tersisa 290.000 ekor. PMK juga menyebabkan luka pada kaki sapi sehingga tidak kuat berdiri karena kondisinya lemah yang mempengaruhi berahinya. Kalaupun ada yang bunting, anak atau pendet yang dilahirkan tidak sehat dan bahkan rentan terjangkit PMK.
"Namun seiring digencarkannya vaksinasi PMK kepada hewan ternak yang rentan di Jatim, perlahan performa sapi perah mulai berangsur pulih meski belum 100 persen. Sekarang per ekor sapi perah bisa menghasilkan susu sebanyak 9 liter per hari. Juga mulai berahi dan banyak yang bunting," katanya.
Menurutnya, untuk memulihkan performa sapi perah 100 persen, memang terlebih dahulu harus terbebas dari PMK. Sembari menjalankan program vaksinasi, khususnya untuk memulihkan performa sapi perah yang masih terdampak PMK agar dapat kembali menghasilkan susu dengan maksimal seperti semula, Pemprov Jatim memberikan stimulus kepada peternak.
"Diantaranya, menyalurkan pakan ternak konsentrat sebanyak 25 ribu ton melalui koperasi maupun kelompok tani yang menaungi para peternak sapi perah di tiap kabupaten/ kota wilayah Jatim. Selain itu mendirikan lumbung pakan ternak sebagai stok bagi peternak agar sapi perah tidak kekurangan makanan, sehingga menjadi sehat dan dapat menghasilkan susu dengan maksimal," katanya.
Menurutnya, kunci keberhasilan pengendalian PMK adalah komitmen bersama mulai dari pimpinan terutama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, komitmen kepala daerah kabupaten/kota, dari Dinas teknis yang menangani baik di pusat, provinsi, kab/kota dan stakeholder yang lain.
Vaksinasi memang satu-satunya cara untuk mengendalikan penyakit, selain juga untuk menghambat dan pencegahan. Paling tidak minimal 90 persen populasi ternak harus sudah divaksin seperti sapi, kambing, kerbau, domba yang saat ini mencapai 10,4 juta ternak. "Target vaksinasi di Jatim 100 persen. Vaksin pun sudah tersedia. Tinggal bagaimana kita memanage waktu untuk menyelesaikan vaksin 10, 4 juta itu," katanya.
Hanya saja, faktor kelemahan yang masih harus diatasi dalam mengantisipasi adanya penularan PMK pada ternak di Jatim yakni pengawasan lalulintas ternak Jatim. Baik yang keluar maupun masuk.
Di Jatim terdapat 10 cek point lalu lintas ternak. Seperti di Ambulu (Banyuwangi), Badekan (Ponorogo), Mantingen (Ngawi). Kesulitannya, sekarang sudah banyak tol. Sehingga petugas kesulitan mencegatnya. "Untuk itu, kami sudah bekerjasama dengan Polda Jatim dan Dinas Perhubungan untuk melakukan pengawasan lalu lintas ternak di jalan tol," terang Indyah.
Editor : Arif Ardliyanto