Keprihatinan pria berdarah Tionghoa tersebut yang saat ini mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif DPRD Kota Surabaya Dapil 5, tersebut tidak terbendung untuk memaksa pihak rumah sakit untuk dilakukan tindakan, karena pihak dokter rumah sakit sebelumnya mengatakan meskipun ditolong bayi tersebut kecil kemungkinan selamat dan akan mengalami cacat mental seumur hidup jika selamat.
“Pada waktu itu saya memaksa dokter yang menangani serta yakin dan sangat prihatin dengan kondisi pasien. Karena umur yang menentukan hanyalah yang diatas,” ujarnya.
Edi mengatakan saat dalam situasi seperti itu baik pasien kaya ataupun miskin sekalipun menurutnya pihak medis tidak boleh menelantarkan.
“Ini berhubungan dengan sisi kemanusiaan. Bukan masalah pencitraan atau apapun. Kita harus tolong, kita harus bantu semaksimal mungkin,” tandasnya.
Pada akhirnya Edi mengatakan, meski lobi-lobi yang begitu alot akhirnya berhasil meyakinkan dokter sehingga si bayi mendapatkan tindakan.
“Meski saya berjuang dengan lobi-lobi yang begitu alot, namun pada akhirnya pihak dokter menyetujui untuk menolong si bayi tersebut,” tutur Edi.
Edi merasa senang bisa mengawal pasien dengan proses yang tidak begitu mudah untuk meyakinkan pihak dokter yang menangani.
“Keputusan saya adalah sangat tepat untuk dapat meyakinkan pihak dokter. Dan akhirnya dokter melakukan tindakan sesuai dengan harapan,” terangnya.
Al-hasil singkat cerita, Edi menjelaskan semuanya berjalan dengan lancar dan anak tersebut sehat sampai sekarang.
“Bersyukur hasil dari upaya kita menolong sesama didengar oleh Tuhan dan anaknya selamat serta sehat sampai sekarang dan sudah bersekolah,” tandas Edi.
Dari perjalanan proses tersebut Edi merasa semua membutuhkan proses tidak semula jadi. “Bersyukur dari proses belasan tahun silam saya terjun pendampingan terhadap masyarakat saya merasa puas, bangga dan senang bisa membantu dari sisi kemanusiaan, untuk menolong terhadap sesama,” pungkas Edi.
Editor : Arif Ardliyanto