SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur, Agatha Retnosari menyebut bahwa sektor pariwisata menjadi urat nadi majunya UMKM di kota Surabaya.
Sebagai wakil rakyat yang bergerak di bidang ekonomi, pengembangan UMKM menjadi salah satu perhatiannya. Bagi Agatha, UMKM merupakan alternatif penciptaan lapangan pekerjaan.
“UMKM bisa maju jika ditopang dengan pariwisata setempat,” ungkapnya saat membuka pelatihan bertajuk “Urban Heritage – Surabaya Kota Wisata” di Aria Hotel Surabaya (14/10/23).
Pelatihan yang bertujuan untuk menggali potensi wisata dan pelestarian sejarah ini menghadirkan narasumber Nanang Purwono, ahli sejarah kota Surabaya.
Sebagaiamana diketahui, kota Surabaya adalah kota yang sibuk dengan berbagai aktivitas. Selayaknya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya menjadi salah satu pusat bisnis dan perdagangan.
Urusan wisata, kota ini hanya menjadi kota singgah dan transit. Karena biasanya wisata unggulan identik dengan alam.
Padahal sebagai Kota Pahlawan, Surabaya mempunyai peran besar dalam sejarah, sehingga meninggalkan banyak cerita dan gedung bersejarah yang menarik untuk dikunjungi.
Salah satu konsep Trisakti dari Bung Karno adalah berkepribadian dalam kebudayaan. Pesan ini menjadi amanat bagi Agatha untuk melestarikan sejarah dan kebudayaan yang ada.
Sejarah dan budaya menjadi identitas yang melekat, sehingga sudah selayaknya kita semua mempertahankan kenangan terhadap segala hal yang pernah terjadi di Kota Surabaya.
“Sejarah yang saat ini diamati di Surabaya kebanyakan adalah bangunan kolonial peninggalan Eropa. Padahal Surabaya punya banyak hal yang klasik, yang sangat Nusantara.” ungkapan Nanang Purwono ini membuka mata kita semua tentang pola wisata yang selama ini terjadi di Surabaya.
Ketua Begandring Surabaya yang aktif menuliskan jejak sejarah ini, menjelaskan pula bahwa banyak sekali potensi wisata yang bisa dikunjungi dan diceritakan.
“Selama bertahun-tahun, daftar wisata Surabaya yang dijadikan tempat kunjungan hanya itu-itu saja, tidak pernah berkembang,” lanjutnya.
Kampung Peneleh merupakan salah satu contoh lokasi wisata yang menyimpan banyak sekali sejarah. Banyak tokoh penting yang lahir dan hidup di sana dulunya.
Sungai Kalimas sebagai salah satu penghubung dan urat nadi kehidupan orang Surabaya zaman dahulu, juga menjadi salah satu saksi sejarah.
“Kekuatan wisata di Surabaya itu sejarah dan arsitektural,” lanjutnya.
Warisan ini jika tidak dilestarikan akan hilang. Kolaborasi dengan berbagai unsur juga menjadi penting untuk merawat sejarah dan budaya Surabaya ini.
Karena itu, salah satu hal yang diupayakan oleh Nanang adalah adanya penulisan aksara Jawa di setiap gedung pemerintahan dan nama jalan.
Targetnya sebelum 10 November, semua sudah terpasang dua tulisan, dalam tulisan Latin dan aksara Jawa. Upaya ini bukanlah meniru kota Yogyakarta yang tampak sudah dulu membuat ini.
Menurut Nanang, aksara Jawa di Surabaya memang sudah ada dan berkembang sejak dahulu kala. Sayangnya memang tidak dilestarikan. Maka dengan proyek ini, diharapkan hal tersebut tidak hilang dari budaya Surabaya yang pernah menggunakan aksara Jawa.
“Langkah ke depan adalah pemanfaatan teknologi. Menciptakan kamus untuk aksara jawa secara digital. Meniru dari tempat wisata di luar negeri, setiap tempat wisata ada barcode yang bisa di scan dan ada informasi di dalamnya. Nah, terkait aksara Jawa juga bisa dibuat demikian. Di scan bisa muncul cara baca dan artinya," terangnya.
Itulah harapan dan penutup dari Agatha. Kolaborasi penting untuk mewujudkan pelestarian budaya agar tidak hilang di masa anak cucu kita dan di mata dunia.
Editor : Ali Masduki