SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Data Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jawa Timur (Jatim) menyebutkan, selama triwulan III/2023, pertumbuhan ekonomi Jatim tumbuh 4,86 persen, melambat dibandingkan triwulan II/2023 yang sebesar 5,1 persen.
Kepala KPBI Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan, perlambatan ini disebabkan normalisasi belanja kementerian/lembaga dan APBD, serta belanja modal pemerintah yang masih terbatas berdampak pada realisasi investasi yang melambat.
Perlambatan lebih dalam tertahan kenaikan konsumsi rumah tangga dan perbaikan net ekspor. Masing-masing didorong oleh perbaikan permintaan terhadap jasa keuangan, asuransi, kesehatan serta membaiknya permintaan mitra dagang utama Jawa.
“Ekonomi Jatim triwulan III 2023 tetap tumbuh positif, meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya,” kata Doddy, Jumat (17/11/2023).
Dia menambahkan, perlambatan investasi dipengaruhi oleh pembangunan proyek strategis yang mengalami penundaan. Pembangunan beberapa proyek yang telah masuk tahap finishing (Bandara Kediri dan smelter tembaga di Gresik), serta investor yang masih wait and see akibat peningkatan ketidakpastian global dan safari politik domestik.
Sedangkan kinerja konsumsi pemerintah melambat disebabkan normalisasi pasca oleh pencairan bansos, THR, dan gaji ke 13 untuk ASN pada triwulan II 2023.
Perlambatan kinerja ekanomi lebih tinggi tertahan oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga seiring dengan kenaikan pengeluaran pendidikan (Tahun Ajaran Baru), peningkatan konsumsi peralatan rumah tangga, bahan bakar, serta suku cadang.
“Kinerja ekonomi Jatim pada triwulan IV 2023 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2023. Ini ditopang prakiraan kinerja konsumsi dan investasi yang lebih tinggi," jelas Doddy.
Lebih jauh Doddy menjelaskan, perekonomian global sedang melambat, tapi ada divergensi terutama negara-negara maju. Eropa dan Jepang relatif bagus. Respon kebijakan tidak selalu sama. Amerika melambat tapi respon domestik tinggi sehingga upah juga tinggi.
“Kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian membuat kondisi perekonomian di Indonesia ikut terkoreksi,” ujarnya.
BI Jatim, kata dia, berupaya mengimbangi dengan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendongkrak ekonomi domestik kedepan semakin baik. Diketahui saat ini dampaknya yakni kenaikan suku bunga di domestik serta nilai tukar rupiah yang tertekan.
“Alhamdulillah ekonomi domestik kita masih baik, ya. Mengapa? Ekonomi kita baik dibanding negara lain karena konsumsi rumah tangga dan investasi,” jelasnya.
Untuk inflasi, Doddy mengatakan per Oktober 2023 ini berada di angka 3,25 persen. Memang angkanya lebih tinggi dari inflasi nasional namun masih seauai track yakni 3 persen plus minus 1 persen. Inflasi terjadi kenaikan harga beras dan beberapa kenaikan komoditas pangan lain.
“Namun yang membanggakan pertumbuhan kredit korporasi dan rumah tangga masih meningkat,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki