Program serupa juga pernah dirintis di Desa Daun berupa pusat pengolahan sampah dengan berbagai diversifikasi produk, mulai pupuk kompos, bahan bakar buatan, hingga produk lain yang begitu menjanjikan. Setelah terjadi pergantian pucuk pimpinan di Kabupaten Gresik, program tersebut seperti menguap tak terdengar lagi gaunnya.
Hal demikian dapat dikatakan "kerdilnya" pandangan untuk tidak melanjutkan program lama sekalipun besar manfaatnya. Tulisan sederhana ini hendak mengetuk nurani para pejabat pemangku kekuasaan untuk tetap berkontribusi dengan meneruskan program lama yang memang baik dan bermanfaat itu. Bila perlu terus ditingkatkan dengan inovasi-inovasi terbaru yang akan memiliki nilai lebih atau nilai tambah dari program yang lalu atau lama tersebut.
Beberapa waktu lalu begitu ramai dan gencarnya berbagai kalangan melakukan gerakan bersih-bersih sampai di tepi pantai atau pesisir di seputaran pantai Pulau Bawean. Pasukan yang didatangkan tidak tanggung-tanggung, mulai dosen, mahasiswa, pelajar, pecinta lingkungan hidup, pejabat forkopimcan, kepala desa, warga setempat dan terdekat, serta beberapa elemen masyarakat turut ambil bagian dalam kegiatan peduli lingkungan itu.
Sampai-sampai muncul plakat larangan membuang dan membakar sampah dengan denda hukumannya begitu berat. Plakat tersebut seperti hantu mainan yakni hanya ditakuti sesaat pada awal-awal kemunculannya. Buktinya di salah satu desa di jantung kota Sangkapura masih membakar sampah untuk memusnahkannya. Semua pihak tetap mendiamkan dan membiarkan peristiwa pengibaran asap hasil pembakaran tumpukan sampah tersebut.
Persoalan mendasar tentang pengelolaan sampah di Pulau Bawean yaitu tidak adanya lahan untuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang memadai. Pihak-pihak pemangku kebijakan tentang lahan pertanahan masih terlalu bising dengan janji-janji palsu karena sampai saat ini belum terealisasi lahan yang pernah dijanjikan untuk dibebaskan sebagai lahan TPA.
Persoalan lain yang menjadi kebuntuan dalam proses pembebasan lahan yakni belum adanya sosialisasi dari pihak kebersihan dan lingkungan hidup bahwa TPA bukan kawasan berbau dan jorok serta menjijikkan karena hakikatnya sampah itu dikelola sampai menghasilkan beberapa manfaat. Persoalan klasik yang tetap belum ada secara kasat mata diangkatnya "Pasukan Kuning" sebagai buru lepas petugas kebersihan.
Editor : Arif Ardliyanto