Bukan hanya itu, Gubernur Khofifah juga berharap Desa Devisa ini bisa menjadi objek wisata yang mempererat semangat Bhinneka Tunggal Ika melalui kecintaan terhadap kearifan lokal.
“Kalau kekayaan ini kita rawat maka ini menjadi perekat bangsa, kearifan yang dimiliki bangsa dan membangun kebersamaan adalah sesuatu yang dibutuhkan hari ini dan di kemudian hari," tuturnya.
Dicontohkan, Batik Gedog asal Tuban yang merupakan Batik tertua di Indonesia dan dibuat dari 100% katun asli yang mereka tanam. Menurutnya motif batik ini penuh filosofi dan tidak bisa hanya dipakai, melainkan juga harus dipamerkan.
Dengan tumbuhnya desa devisa dan desa pendulum devisa di Jatim, Gubernur Khofifah optimis kinerja ekspor Jatim akan terus tumbuh dari tahun ke tahun. Terutama karena Jatim berkontribusi signifikan terhadap kinerja ekspor nasional dengan jumlah 8,43 persen pada Januari - September 2023.
"Dan Jatim berada pada urutan ketiga sebagai provinsi dengan kontribusi terbesar terhadap capaian kinerja ekspor nasional," kata dia.
Khofifah melanjutkan, Jatim saat ini memiliki tujuan ekspor utama di antaranya Amerika Serikat, Jepang, dan China. Komoditi utama ekspor Jawa Timur pada September 2023 diantaranya adalah perhiasan, lemak & minyak hewan/nabati, kayu, dan produk kreasi kayu, ikan, krustasea dan moluska, bahan kimia organik, dan tembaga.
"Komitmen kita bersama adalah terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produk lokal kita sehingga bisa terus memperluas market di pasar global," ujarnya.
Sementara itu, Anggota komisi B DPRD Jawa Timur Noer Soetjipto mengatakan, program desa devisa dan desa pendulum devisa yang digagas Gubernur Jawa Timur merupakan sebagai upaya Pemprov untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
“Di Era Ibu Gubernur Khofifah ini, Desa Devisa merangsang sejumlah daerah untuk terus mengembangkan potensinya agar para pelaku UMKM di setiap desa mampu untuk menjadikan produknya sebagai kualitas ekspor dan penghasil devisa,” jelas politisi Gerindra ini, Kamis (23/11/2023).
Menurut dia,tidak semua daerah bisa menjadi daerah devisa mengingat harus memenuhi beberapa persyaratan yang harus dilalui.
Penetapan Desa Devisa, katanya berdasar parameter kajian yang disusun oleh IPB. Aspek kajiannya, meliputi keunikan produk, potensi pasar, spesifikasi dan kualitas produk, proses produksi, kapabilitas finansial, potensi desa, manajemen bisnis dan infrastruktur.
"Bentuk pendampingan desa devisa oleh Pemprov Jatim mampu menjadi motor bagi penyediaan sarana produksi, dalam rangka peningkatan kapasitas sehingga siap ekspor secara mandiri," jelas Wakil Rakyat Dapil Pacitan, Trenggalek, Magetan, Ngawi dan Ponorogo ini.
Noer Soetjipto lalu mencontohkan desa devisa di Pacitan sebagai penghasil gula aren dan jahe yang berhasil produksinya menembus pasar ekspor. Disana, sambungnya, Gula aren dan jahe gajah dari Desa Punjung, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jatim, tengah berupaya membidik pasar ekspor.
Terkait hal tersebut, desa penghasil gula aren dan jahe gajah di Kabupaten Pacitan, mendapatkan pendampingan sebagai Desa Devisa.
Menurutnya,program pelatihan yang terintegrasi ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan para petani baik dari aspek produksi, manajemen maupun tata cara ekspor. Dengan begitu diharapkan dapat meningkat kapasitas produksi maupun kualitas komoditasnya, sehingga mampu meningkatkan daya saing produk di pasar global.
Menurutnya, Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan ini, lanjutnya menaungi hampir 11.100 orang petani yang berasal dari 36 desa di beberapa kawasan yaitu Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Arjosari, Punung, Bandar, Tegalombo, Nawangan, Tulakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Dalam pengembangan Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan, LPEI bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) yang merupakan lembaga pendamping sekaligus penjamin hasil panen para petani dari Desa Devisa Jahe Gajah Pacitan
Editor : Ali Masduki