get app
inews
Aa Read Next : Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca, SIG Tingkatkan Penggunaan Bahan Bakar Alternatif Menjadi 559 Ribu Ton

Mahasiswa ITS Kembangkan Potensi Metode Water Splitting untuk EBT

Kamis, 25 Januari 2024 | 16:28 WIB
header img
Nabila Dita Anaqah (tengah) bersama rekan timnya ketika melakukan uji aktivitas fotokatalitik di Laboratorium Kimia Bahan Bakar ITS. Foto/Humas ITS

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Kebutuhan akan sumber energi baru terbarukan (EBT) menjadi salah satu upaya untuk membantu mengurangi pemanasan global. 

Mendukung hal tersebut, tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meneliti efektivitas material fotokatalis untuk peningkatan produksi gas hidrogen melalui metode water splitting.

Ketua tim penelitian, Nabilah Dita Anaqah menjelaskan, hidrogen adalah bahan bakar bebas emisi karbon dengan energi mencapai 2,5 hingga 3 kali lebih besar daripada gasolin. Senyawa ini memiliki kemampuan pembakaran yang luas, sehingga mampu diaplikasikan dalam berbagai penerapan. 

“Potensi dari senyawa ini dapat diterapkan di pembangkit listrik, hydrogen fuel cell, kendaraan hidrogen, hingga pembakaran,” jelasnya. 

Bertekad untuk berkontribusi bagi bangsa, mahasiswa Departemen Kimia ITS ini berupaya untuk menguji efektivitas material fotokatalis dengan metode water splitting untuk produksi gas hidrogen. 

“Serupa dengan prinsip kerja metode elektrolisis yang menggunakan energi dari baterai, namun pada reaksi water splitting menggunakan energi foton matahari untuk menghasilkan energi,” paparnya.

Nabila melanjutkan, metode ini menggunakan energi matahari untuk memecah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. Material semikonduktor menjadi pemeran utama untuk menangkap energi cahaya, merangsang pemecahan air, dan memfasilitasi reaksi kimia yang ada. 

“Pengembangan yang dilakukan bertujuan untuk menghadirkan efisiensi operasional yang tinggi dan memiliki karakteristik material yang sesuai,” jelasnya. 

Menelaah berbagai jurnal, gadis asal Surabaya ini melihat bahwa material hematit (alpha-Fe2O3) memiliki band gap yang lebih kecil dibanding material Titanium Oksida (TiO2) yang kerap digunakan dalam aplikasi fotokatalitik. Hal tersebut menunjukkan bahwa hematit lebih baik dalam menghasilkan pergerakan elektron saat terpapar cahaya. 

“Namun, diperlukan modifikasi lanjutan guna menjamin kinerja dari material ini,” tambahnya.

Dikerjakan selama lima bulan, strategi modifikasi senyawa material hematit dilakukan dengan menambahkan doping material lain seperti Cerium Oksida (CeO2), nitrogen, dan karbon. 

“Penambahan ini bertujuan untuk menyempurnakan kekurangan dari tiap penambahan senyawa untuk memastikan kinerja dari sistem hingga mencegah timbulnya senyawa keluaran yang tidak diinginkan,” beber mahasiswi angkatan 2020 ini. 

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut