Menurut Thara, keadaan ini memprihatinkan karena 81% sampah di Indonesia tidak dipilah, sehingga sulit didaur ulang dan menyebabkan sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibuang sembarangan dan mencemari lingkungan.
Situasi ini makin diperparah dengan fakta bahwa setiap 20 menit, setara dengan 10 ton sampah plastik dibuang ke perairan di sekitar Indonesia.
Sungai Citarum, yang mengitari ibu kota Jakarta, dikenal sebagai sungai yang paling tercemar di dunia, dengan 74% hingga 87% sampah yang ditemukan di sungai-sungai di Jakarta adalah plastik.
Jika tingkat pembuangan sampah plastik saat ini terus berlanjut, pada tahun 2050, jumlah plastik di lautan akan melebihi biomassa ikan.
"Untuk mengatasi masalah ini, sangat penting untuk mempromosikan alternatif yang lebih berkelanjutan untuk air minum dalam kemasan, seperti sistem air minum isi ulang," tegasnya.
Pegiat lingkungan ini menuturkan, debat Calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tahun 2024 sebagai agenda penting yang menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia seharusnya menjadi contoh positif dalam mengurangi jejak sampah plastik dan memberikan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan
Untuk itu ia mengusulkan agar KPU sebagai penyelenggara mengimplementasikan upaya pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dengan mengganti penggunaan AMDK menjadi sistem air minum isi ulang, KPU menyediakan gallon air minum. KPU juga menyediakan Gelas non plastik sekali pakai (gelas beling/gelas stainless steel), serta meminta peserta Debat membawa tumbler atau wadah dari rumah.
"Saya berharap dengan menjalankan langkah-langkah ini dapat memberikan dampak positif pada agenda febat Calon Presiden Indonesia dan memberikan kontribusi terhadap upaya global dalam melindungi lingkungan dari pencemaran plastik sekali pakai," tutupnya.
Editor : Ali Masduki