SURABAYA, iNews.id - Tidak menentunya harga minyak goreng membuat para pengusaha menutup usahanya. Bahkan pegawai yang selama ini menggantungkan hidup dari toko minyak goreng terpaksa dirumahkan.
Salah satu pengusaha minyak goreng di Rungkut Surabaya, M. Saroni, mengaku dirinya terpaksa menutup sementara usahanya lantaran tidak mendapat suplay minyak goreng dari produsen dengan harga normal. Bahkan, sebanyak 25 pegawainya terpaksa dirumahkan.
Kata dia, jikalaupun ada stok minyak, ia harus membeli dengan harga Rp 18.500. Sedangkan harga eceran tertinggi (HET) di pasaran hanya Rp 14.000. Jika dipaksakan, maka rugi besar.
Saat ini, lanjut Saroni, ia hanya menghabiskan stok minyak goroneg kemasan. "Jadi kami habiskan stok kemasan aja. Sudah buka 250 dia lah. Kalau yang skala jerigen kami tidak ada stoknya," paparnya.
Berhentinya jual minyak curah itu dimulai sejak pemerintahan menerapkan harga minyak curah 1 liter Rp 11.500. Menurutnya, apa yang dilakukan tersebut merupakan pilihan yang tepat untuk mengurangi pengeluaran dan kerugian.
"Hitung saja. Produsen belum buka harga baru. Masih pakai 18,500. Lalu kami harus jual Rp 14.000 per-liternya. Lalu kami nambal kerugian dari 4.500-5000 itu dari mana?," terangnya.
Saroni mengaku, setiap harinya dia membeli minyak ke produsen atau pihak pertama antara 18-36 ton. Apabila dikalkulasi, angka minimal, 18 ton per hari dengan tetap menjual 18.500, maka kerugian yang diterima mencapai Rp 90 juta.
Ia berharap, produsen minyak atau pihak pertama segera menyediakan harga minyak goreng dengan harga murah. Mengingat sebentar lagi bulan puasa. Disisi lain, kata dia, Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia melimpah
"Saya yakin minyak itu masih ada. Ladang sawit nggak turah-turah," tegasnya.
Anggota Asosiasi Pengusaha Pengemasan Minyak Goreng Indonesia ( APPMGI) ini menjelaskan, bahwa pihaknya tengah melakukan audiensi dengan kementerian untuk kedua kalinya.
"Agar apa yang kami rasakan juga didengar dan dilaksanakan. Soalnya ini menyangkut harkat orang banyak," jelasnya.
Ia menuturkan, salah satu alternatif yang bisa dilakukan oleh pemerintah Indonesia, adalah dengan membatasi ekspor minyak ke luar negeri.
"Atau pajaknya di mahalkan agar sementara waktu, minyak berputar di dalam negeri dulu. Sambung juga sama operasi pasar murah. Semoga saja segera berlalu," tegasnya.
Pantauan di toko Kali Rungkut Surabaya, ratusan jerigen dan tandon minyak goreng curah terlihat kosong. Hanya beberapa minyak kemasan, merek miliknya sendiri yang masih tersedia.
Editor : Ali Masduki