get app
inews
Aa Read Next : Pengurus DPC IWAPI Kota Surabaya Resmi Dilantik, Ini Target Lima Tahun ke Depan

Kekuatan Samurai Jepang Runtuh, Mereka Pilih Jadi Pengusaha atau Wartawan!

Kamis, 10 Februari 2022 | 08:11 WIB
header img
Ilustrasi Samurai

Prajurit samurai sangat disegani di Jepang, kekuatan dan keahlian memainkan pedang menjadi ciri khas yang tidak bisa lepas. Namun keberadaan samurai tidak bisa bertahan lama, tiba-tiba mereka menghilang bagai ditelan bumi.

Sebagaimana diketahui, kisah kepahlawanan samurai terdengar di zaman Sengoku  (1467-1615). Sejak memasuki zaman Edo (1603-1868) di bawah Keshogunan Tokugawa, peran militer samurai amat minim, sampai-sampai pedangnya pun hanya sebatas simbol bukan senjata lagi.

Memasuki masa Restorasi Meiji pada 1868, pengaruh samurai perlahan semakin menghilang hingga saat ini hanya terdengar sebagai gelar masa lalu saja. Berikut kisahnya dari zaman ke zaman:

1. Matthew Perry mengakhiri masa sakoku Jepang

Pada masa Bakumatsu  atau masa-masa terakhir Keshogunan Tokugawa, Komodor AL AS Matthew C. Perry, mendatangi  Teluk Edo pada 1853 atas perintah Presiden AS ke-13, Millard Fillmore. Saat itu, Jepang sedang memakai paham sakoku  yang menutup dirinya dari dunia luar dan Kaisar Jepang hanyalah "boneka".

Dengan armada kapal bersenjata, Komodor Matthew ingin membuka hubungan perdagangan antara Jepang dan AS. Perang saudara pun berkecamuk antara mereka yang ingin tetap sakoku atau yang ingin menyambut pihak luar. Selain itu, Komodor Perry juga sudah siap menyerang Edo jika menolak untuk bernegosiasi.

Sang Shogun, Keshogunan Tokugawa setuju untuk membuka Jepang (Pelabuhan Shimoda dan Hakodate) dengan Konvensi Kanagawa 1854, sementara Kaisar Kōmei menentangnya. Pada 1863, Kaisar Kōmei menentang Keshogunan, dan mengeluarkan perintah untuk "mengusir kaum barbar" (Jōi Chokumei)

2. Klan Chōshū ingin jatuhkan Tokugawa

Para samurai dari Chōshū, Barat Daya Honshu dipimpin oleh samurai yang mendukung keputusan Kaisar untuk mempertahankan sakoku. Mereka membentuk unit militer sendiri untuk mengusir para penjajah. Karena dari mayoritas samurai kelas bawah, maka hierarki samurai tradisional pun mulai runtuh.

Kekesalan para samurai Chōshū memuncak pada Agustus 1864, tepatnya saat Insiden Kinmon. Bermaksud menduduki Kyoto untuk mengembalikan kedaulatan Kaisar, para samurai Chōshū berhasil dikalahkan oleh Tokugawa. Hal ini menyebabkan Keshogunan Tokugawa melancarkan Ekspedisi Chōshū sebulan kemudian.

3. Klan Satsuma ikut mendukung Chōshū

Bukan hanya Chōshū, klan Satsuma di Kyushu pun juga ingin meruntuhkan Tokugawa. Pada 1865, Keshogunan memulai Ekspedisi Chōshū Kedua. Jadi, pada 1866, Satsuma dan Chōshū membentu Aliansi Satchō.


Ilustrasi Samurai

Di sisi lain, terjadi dua pergantian di dua kubu pemerintahan dalam satu tahun. Pada 1866, Keshogunan Tokugawa berganti shogun menjadi Tokugawa Yoshinobu, sementara Kaisar Kōmei kemudian wafat pada 1867 dan digantikan oleh Kaisar Meiji.

4. Kaisar Meiji menang dan Kekaisaran Jepang jadi posisi mutlak

Yoshinobu sendiri sudah turun dari posisi shogun pada 1867. Hal ini dilakukan semata-mata demi menyelamatkan klan Tokugawa dari kehancuran. Yoshinobu pindah dari Kyoto dan Osaka.

Pada Januari 1868, terjadi kudeta besar-besaran di Kyoto, sehingga kuasa Kaisar dipulihkan sebagai otoritas tertinggi di Negeri Sakura. Inilah yang disebut Restorasi Meiji. Pemerintahan Meiji kooperatif dengan Keshogunan Tokugawa selama transisi ini. Seharusnya, jadi transisi damai, bukan? Tidak juga!

Para pendukung garis keras Satchō menghasut para penasihat Kaisar untuk meyakinkan Kaisar Meiji menghapus gelar Yoshinobu dan menyita tanah sang shogun.

5. Piagam Sumpah, terbitnya Matahari baru di Jepang

Pada 1868, Piagam Sumpah ditandatangani di Kyoto saat upacara pengukuhan takhta Kaisar Meiji. Bertujuan memodernisasi Jepang, piagam ini menunjukkan asas keterbukaan Kaisar Meiji terhadap dunia. Sesuai namanya, Piagam Sumpah terdiri dari lima sumpah, bahwa:

Seluruh isi piagam ini dengan keras meruntuhkan nilai-nilai Keshogunan Tokugawa. Hal-hal seperti pencarian pengetahuan ke seluruh dunia dan keterbukaan bagi semua kalangan masyarakat dalam menjalankan urusan negara meruntuhkan nilai sakoku dan kasta sosial Zaman Edo yang mengekang.

6. Perang Boshin, akhir dari Keshogunan Tokugawa

Pada 1868-1869, meletuslah Perang Boshin. Perang ini disebabkan karena Yoshinobu mendengar bahwa gelar shogunnya akan dicabut dan seluruh tanahnya akan dirampas! Oleh karena itu, setelah mengumpulkan pasukan, Yoshinobu bersiap menduduki Kyoto. Ia pun dihadang oleh pasukan Kekaisaran Meiji, termasuk aliansi Satchō.

Pertempuran pertama dimulai pada 27 Januari 1868, saat pasukan Yoshinobu bertikai dengan pasukan aliansi Satchō di pintu masuk selatan Kyoto. Meskipun telah dilatih oleh Prancis (Shinsengumi) dan berjumlah banyak, nyatanya persenjataan tentara Kekaisaran jauh lebih modern.

Pasukan Satchō kemudian diberikan bendera Kekaisaran, tanda pengakuan sebagai tentara Kekaisaran! Hal ini menyebabkan klan-klan yang sebelumnya mendukung Tokugawa membelot. Putus asa, Yoshinobu melarikan diri ke Edo dan pasukan Keshogunan pun mundur seribu langkah.

Percaya diri, pasukan Kekaisaran pun terus maju untuk memburu Yoshinobu di Edo. Mereka yang setia pada Tokugawa mundur ke Hokkaido dan mendirikan Republik Ezo/. Kekaisaran Jepang pun maju ke Hakodate, Hokkaido untuk mengalahkan Republik Ezo dan mengakhiri Perang Boshin.

7. Akhir dari feodalisme dan kekuasaan para samurai

Akhir dari Keshogunan juga menandai akhir dari paham feodalisme di Jepang dan bermulanya perombakan besar Pemerintahan Jepang. Selama Restorasi Meiji, pemerintahan Jepang mengambil contoh pemerintahan Barat, seperti konsep konstitusional.

Sistem kasta diganti dengan sistem pemerintahan Kekaisaran yang tersentralisasi. Setelah Perang Boshin, dewan Kekaisaran utama terdiri dari samurai aliansi Satchō dan beberapa perwakilan klan terkemuka lainnya. Lalu, daimyo tidak lagi berkuasa dan pada 1871, prefektur-prefektur pun berdiri, sebuah keputusan yang menimbulkan konflik!

Saat Kekaisaran memeluk konsep ekualitas dari Barat dan kelas samurai tak lagi dapat status atau hak istimewa, mereka pun kebakaran jenggot! Apa saja yang dicabut?

8. Samurai tidak lagi memonopoli wajib militer

Pada Restorasi Meiji, monopoli samurai pada wajib militer pun ditekan serendah-rendahnya. Karena daimyo tak lagi ada, maka kekuatan militer Jepang pun perlu dirombak ulang.


Ilustrasi Samurai

Oleh karena itu, pada 1873, pemerintahan Meiji memberlakukan wajib militer untuk semua orang, bukan hanya samurai. Mereka harus menjalani 4 tahun wajib militer dengan tiga tahun tambahan sebagai cadangan militer. Sontak, para samurai merasa posisi mereka terancam setelah membantu Kekaisaran!

9. Haitōrei, saat samurai dipaksa sembunyikan identitasnya

Selain wajib militer, Restorasi Meiji memberikan beberapa dekrit terhadap samurai. Pada 1876, Kekaisaran Meiji mengesahkan Haitōrei . Sesuai namanya yang berarti "Dekrit Penghapusan Pedang", hukumnya ilegal bagi para samurai untuk membawa pedang di muka umum. Lho, pedang adalah jati diri para samurai!

Sebenarnya, ini bukanlah yang pertama. Pada 1588, Shogun Toyotomi Hideyoshi sudah pernah memberlakukan Katanagari  yang melarang kepemilikan senjata, kecuali para samurai. Tentu saja, Haitōrei bikin mereka murka dan tak sedikit yang menyelundupkan pedang untuk memberontak.

10. Pemberontakan Satsuma, asa terakhir para samurai untuk bertahan melawan roda sejarah

Seluruh faktor tersebut cukup mendorong para samurai Satsuma yang sebelumnya mendukung pemerintah jadi berontak! Jadi, pada 1877, berbekal dengan senjata yang disembunyikan sejak Haitōrei, mereka siap mengorbankan nyawa demi "kemerdekaan"! Maka, dimulailah Pemberontakan Satsuma atau Perang Seinan.

Dipimpin oleh Saigō Takamori, para samurai Satsuma terus berusaha untuk mengalahkan Kekaisaran. Tetapi, mereka terus terpukul mundur hingga dikepung di Gunung Enodake. Meskipun lolos dari maut dan kembali ke Kagoshima, jumlah pasukan mereka sudah tak cukup untuk berdiri tegak. Tetapi, mereka tak menyerah!

Pada 24 September pukul 3 pagi, Takamori dan pasukan kembali menghadang Kekaisaran yang dipimpin oleh Jen. Yamagata Aritomo di Bukit Shiroyama sebagai usaha terakhir. Jen. Aritomo menyuruh pasukannya menggali parit untuk mencegah para pemberontak melarikan diri. 

Tentu saja, samurai yang berbekal pedang atau tombak kalah besar melawan Kekaisaran yang sudah bersenjatakan senapan! Pada 6 pagi, hanya sisa 40 pemberontak dari 500 dan Takamori sudah wafat akibat luka tembak. Dengan ini, tentara Kekaisaran pun berhasil menumpaskan para pemberontak Satsuma.

Samurai-samurai berintegrasi dengan masyarakat Jepang yang baru. Ada yang belajar ke luar negeri, ada yang mendirikan perusahaan, bahkan beberapa ada yang jadi wartawan dan penulis serta mendirikan perusahaan berita sendiri. Pada 1880-an, sekitar 20 persen pengusaha berasal dari kelas samurai, dan pada 1920-an, naik jadi 35 persen.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut