SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Sebuah aplikasi untuk mengatasi pencemaran di Sungai Brantas diperkenalkan kepada pemangku kepentingan lainnya, yakni BrantaSae.
Program kerjasama antara Indonesia dengan Belanda tersebut dapat diakses publik dengan mengandalkan partisipasi masyarakat dalam menyampaikan laporan berupa data, informasi, foto, dokumen hingga video melalui aplikasi BrantaSae.
Pengembangan aplikasi ini merupakan kerjasama antar perguruan tinggi, yakni Universitas Brawijaya (Unibraw) dengan Universitas Teknologi Delft (TU Delft) dari Belanda.
Postdoc TU Delft, Reza Pramana mengatakan, aplikasi sudah ada sejak 2022. BrantaSae merupakan platform untuk mengumpulkan data dan informasi terkait Sungai Brantas, seperti data pencemaran baik di sungai, bantaran hingga anak sungai yang bermuara ke Brantas. "Aplikasi ini bisa diakses publik dengan mendaftarkan diri untuk dapat memiliki akun, agar bisa mengunggah informasi," jelas Reza saat dikonfirmasi, Jumat (1/3/2024).
Tak hanya kerjasama dengan Unibraw, pihaknya juga berkoordinasi langsung dengan Perum Jasa Tirta I selaku BUMN pengelola sumber daya air di Sungai Brantas. Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta Balai Besar Wilayah Sungai Brantas.
Melalui kerjasama tersebut, lintas instansi yang juga melibatkan DLH Kota Surabaya dan DLH Kabupaten Gresik, melakukan susur Kali Surabaya yang merupakan hilir Sungai Brantas. Susur sungai dilakukan untuk proses identifikasi pencemaran dari Pintu Air Gunungsari hingga Desa Cangkir, Driyorejo Gresik. "Sungai Brantas memiliki peran penting bagi masyarakat dan perekonomian di Jawa Timur," katanya.
Ia berharap BrantaSae yang berisi informasi yang dipetakan di lokasi-lokasi tertentu di Wilayah Sungai Brantas dapat menjadi data yang bisa digunakan untuk kebutuhan penelitian bagi mahasiswa, memberikan solusi teknis hingga pertimbangan bagi kebijakan pemerintah.
"Dengan memanfaatkan informasi dari berbagai pemangku kepentingan dalam BrantaSae, maka masyarakat, pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil dapat terhubung satu dengan yang lainnya dalam konteks upaya perbaikan kualitas air di Brantas," harapnya.
Postdoc TU Delft lainnya, Schuyler Houser menambahkan, BrantaSae dapat digunakan dengan mudah, sehingga setiap orang dapat memberikan kontribusi informasi secara langsung. "Pendekatan inklusif ini memberdayakan masyarakat untuk berbagi data dan informasi yang sangat penting bagi. Upaya kolaborasi ini menunjukkan kekuatan teknologi dan aksi kolektif dalam mengatasi tantangan lingkungan," katanya.
Editor : Arif Ardliyanto