Diakui Herry, kejadian hilangnya dua motor ojol dalam sebulan terakhir memang diluar area apartemen, tepatnya saat mereka parkir di depan area pintu masuk dan pintu keluar.
"Sudah dikunci setir. Lalu rekan ojol tersebut mengantarkan makanan ke dalam ada penghuni apartemen. Ndelalah (tanpa disangka), saat balik, motornya sudah raib. Ketika ditanyakan ke pihak security dan petugas parkir apartemen, mereka berdalih tidak bertanggungjawab, karena kejadiannya di luar area apartemen," papar Herry.
Herry juga mengungkapkan alasan, kenapa ojol tidak masuk ke dalam area? Karena ada pihak customer yang keberatan saat dimintai uang parkir sebesar 3 ribu.
"Memang terlihat konyol, tapi itulah kenyataan di lapangan. Sedangkan dari pihak ojol sendiri, mereka hanya dapat biaya layanan sebesar Rp 6.400 - 7.200 untuk pengantaran makanan. Bahkan ada juga yang hanya menerima 5 ribu saja. Kalau dipotong lagi biaya parkir, rekan ojol hanya dapat berapa?" ungkap Herry.
Selain itu, lanjut Herry,, PDOI Jatim juga akan mencoba koordinasi dengan pihak aplikator agar masalah ini juga diperhatikan.
"Karena ini menyangkut keamanan dan kenyamanan driver online, baik itu ojol maupun taksi online, yang menjadi mitra aplikator," harap pria yang akrab dipanggil Herry Bimantara ini.
Sementara itu, Kompol I Made Patera Negara Kapolsek Sukolilo yang langsung terjun mengawal proses mediasi mengapresiasi para driver ojol yang melakukan aksinya dengan damai tanpa tindakan anarkis, walaupun tuntutannya belum dipenuhi dan masih menunggu waktu lagi untuk dirapatkan oleh pihak managemen Apartemen Puncak Kertajaya.
"Perihal aksi boikot, itu terserah hak dari rekan-rekan ojol dan taksi online. Namun saya menghimbau, untuk sementara waktu sampai tuntutannya dipenuhi, mohon agar meningkatkan kewaspadaan dan bisa menjaga motor dan mobilnya masing-masing saat menjalankan pekerjaannya," pesannya.
Editor : Ali Masduki