Gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan, menurutnya harus dicegah sejak dini karena dampaknya yang sangat serius.
Penderita stunting akan mengalami peningkatan morbiditas, penurunan kekebalan sistem imun, dan peningkatan risiko infeksi. Efek jangka panjangnya bisa menyebabkan kegagalan anak dalam mencapai potensi kognitif dan fisiknya.
“Kalau sudah demikian, pasti akan mempengaruhi kapasitas kerja dan status sosial ekonomi masa depan mereka. Karena itu harus dicegah,” imbuhnya di hadapan pelajar SMA dan SMK negeri serta swasta di Jatim.
Dwi Astutik sangat mengapresiasi program Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakilnya Gibran Rakabuming Raka yang sejak awal berkomitmen memberikan makanan dan susu gratis bagi seluruh siswa-siswi di Indonesia.
Menurutnya, program ini akan sangat berpengaruh pada kualitas dan produktivitas tumbuh kembang anak-anak Indonesia. “Sungguh kami yang sudah lama berjuang melawan stunting dan memberdayakan anak-anak Indonesia, termasuk anak-anak jalanan, bersyukur Pak Prabowo mempunyai gagasan dan program kemanusiaan seperti itu,” pujinya.
Ketua Rumah Singgah Griya Pena Kharisma Khadijah ini juga menyoroti bahwa kekurangan gizi kronik berhubungan dengan status sosio-ekonomi rendah, asupan nutrisi yang buruk, kesehatan ibu yang tidak optimal, riwayat sakit berulang, dan praktik pemberian makan bayi yang tidak tepat.
Workshop tersebut dibuka oleh Direktur PMM Kemdikbudristek yang diwakili oleh Pokja Apresiasi dan Literasi Film, Roro Dyah Mukminah. Selain itu, hadir pula Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim yang diwakili oleh Kepala UPT TIKP Disdik Provinsi Jatim, Dr. Mustakim, Ketua BMPS Jatim, Abdullah Sani, Ketua Pusat Kajian Pendidikan dan Budaya Dewantara, Ki Tato Darmanto, serta para narasumber dan guru pembimbing siswa SMA-SMK Jatim.
Editor : Arif Ardliyanto