SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Suara deru mesin dan aroma karet yang terbakar memenuhi udara di Sirkuit Atlantis Kenjeran Park Surabaya, di mana sebanyak 650 pembalap bersaing ketat untuk meraih gelar juara di ajang Kejuaraan Balap Mobil tingkat Provinsi.
Di tengah riuh rendah penonton, para pembalap berjuang menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam seri kedua dari lima putaran yang dijadwalkan.
Meski jumlah peserta sedikit menurun dari 720 pada putaran pertama, semangat dan antusiasme tidak berkurang sedikitpun. Setiap tikungan dan lintasan lurus di sirkuit ini menjadi saksi ketangguhan dan keberanian para peserta.
"Ada dua kategori utama, kelas CC dan kelas Breakers. Kedua kategori ini sangat diminati," kata Wahyu Surya Dharma, Ketua Pelaksana Balapan Mobil di Kenjeran Park Surabaya.
Setiap peserta harus mematuhi aturan ketat yang ditetapkan panitia, termasuk batas waktu yang tidak boleh dilanggar. Pelanggaran sekecil apapun dapat berakibat diskualifikasi, menjadikan balapan ini tidak hanya soal kecepatan, tetapi juga strategi dan ketelitian.
Menariknya, ajang ini juga membuka peluang bagi pengendara perempuan untuk unjuk gigi. “Kami memberikan kesempatan bagi para pengendara perempuan untuk bersaing di antara mereka sendiri. Responnya sangat positif dengan banyaknya peserta perempuan yang ikut serta,” tambah Wahyu.
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kenyamanan balapan, putaran ketiga akan dipindahkan ke Sirkuit Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya yang lebih modern dan permanen.
"Perpindahan ini sudah kami persiapkan dengan baik dan telah berkomunikasi dengan Pemerintah Kota Surabaya melalui Disbudporapar," ungkap Wahyu.
Setelah menghadapi tantangan komunikasi tahun lalu, kini pintu terbuka lebar untuk penggunaan Sirkuit GBT. “Sekarang, semuanya lebih terbuka dan kami siap memanfaatkannya,” tutup Wahyu.
Kejuaraan ini tidak hanya menjadi ajang pembuktian keterampilan, tetapi juga menunjukkan bahwa Surabaya serius dalam mengembangkan olahraga otomotif, memberikan pengalaman balap yang tak terlupakan bagi semua peserta dan penonton.
Editor : Arif Ardliyanto