Anak keempat dari pasangan ayah H. Ika Yulis Priyadi dan ibu Faidatul Himmah menambahkan, jika ia kini sudah lulus level satu untuk memahami bahasa isyarat, sehingga mengerti tentang apa yang diderita pasien jika kebetulan penyandang bisu-tuli menggunakan bahasa isyarat.
“Saya berharap jika banyak dokter dan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami bahasa isyarat tidak ada lagi diskriminasi diterima pasien penyandang bisu-tuli,” ujar Vena berkeinginan mengambil spesialis mata.
Bercerita tentang minatnya untuk belajar bahasa isyarat, dokter kelahiran Sidoarjo, 1 November 1998 ini mengungkapkan, diantara rekan-rekannya sesama mahasiswa kedokteran, kini juga banyak yang belajar bahasa isyarat, bukan karena trend dan ikut-ikutan, tapi mereka lebih memahami bahwa layanan kesehatan adalah hak bagi semua orang, tanpa kecuali.
“Saya belajar bahasa isyarat bersama kakak dan teman-teman ini juga awalnya diberikan wawasan tentang hak bagi seorang pasien,” ucapnya.
Bicara motivasinya dan saudara kembarnya yang sama-sama mengambil kedokteran, Vena menjelaskan, bahwa dirinya ingin mengikuti jejak sang kaka pertama, yang kini menyandang dokter spesialis bedah.
“Kaka pertama dan keluarga yang menyemangati saya dan Vera untuk mengambil studi di fakultas kedokteran. Sedang pilihan masuk ke Unusa atas pertimbangan nenek,” tutupnya.
Editor : Ali Masduki