Semenjak merantau, Tahir atau Harun muda tidak pernah pulang ke Bawean. "Beliau hanya berkirim surat lewat teman-temannya yang pulang ke Bawean," ungkap Salim.
Bahkan, apa yang dikerjakan oleh Harun selama diperantauanpun, keluarga di Bawean tidak banyak yang tahu. "Bahwa harun pernah bersekolah di pelayaran hingga menjadi anggota KKO, keluarga juga tidak tahu," ujarnya.
Keluarga di Bawean, lanjut Salim, hanya mendapat kabar tentang kehidupan Harun dari cerita para tetangga yang pulang dari Jakarta.
Namun cerita-cerita itu tidak pernah ada yang membuat keluarga tenang. Harun, menjadi sosok yang ditakuti oleh kebanyakan orang di Jakarta.
"Dia sering membuat ulah, suka tawuran, tidak mau bayar saat naik bus," kata Salim.
Menurut cerita, Harun juga lama bekerja di pelabuhan Singapura. Semejak duduk di bangku sekolah pertama, ia sudah menjadi anak buah kapal dagang Singapura.
Kesehariannya berada di Pelabuhan membuatnya sangat hafal daratan dan jalur pelayaran Singapura. Sehingga ia dengan mudah membantu warga Bawean yang ingin mengadu nasib sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Sampai-sampai, di Malaysia sendiri saat ini ada kampung Boyan. Sebuah kampung yang dihuni oleh warga Bawean.
Editor : Ali Masduki