SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terjun langsung ke lapangan, berkolaborasi dengan petani garam di Pamekasan untuk mengembangkan Eduwisata Garam yang unik dan edukatif. Melalui program ini, pengunjung tidak hanya bisa menikmati keindahan alam, tetapi juga memahami secara langsung proses pengolahan garam tradisional dengan teknik rekristalisasi, menciptakan pengalaman wisata yang tak terlupakan.
Proyek ini dijalankan bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mutiara Saghara, salah satu BUMDes di Kabupaten Pamekasan yang sukses mengubah potensi lokal menjadi destinasi wisata edukasi.
Di sini, pengunjung akan dimanjakan dengan kegiatan susur sungai melalui hutan bakau menggunakan perahu serta penjelasan mendetail mengenai proses pemurnian garam tradisional.
Teguh Putranto, ST, MT, PhD, dosen Teknik Perkapalan ITS, memimpin tim yang terdiri dari dosen-dosen Teknik Kimia Industri dan Teknik Sistem Perkapalan untuk terus mengembangkan konsep eduwisata ini.
"Kami ingin menjadikan eduwisata garam sebagai tempat belajar yang interaktif bagi masyarakat, khususnya pelajar di daerah Pamekasan," ujar Teguh.
Menurut Warlinda Eka Triastuti, perwakilan dari tim Abmas ITS, dalam tiga tahun terakhir, mereka telah merancang peralatan desalinasi air garam yang dilengkapi teknologi canggih sebagai bentuk pengabdian masyarakat.
"Kami merancang alat desalinasi ini dengan memanfaatkan energi surya untuk memanaskan air garam hingga terbentuk kristal garam. Hasilnya, air yang diuapkan diproses lebih lanjut dengan teknologi reverse osmosis (RO) dan disterilkan menggunakan teknologi ultraviolet (UV), sehingga aman untuk dikonsumsi sebagai air minum," jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto