drg. Murti Indrastuti M.Kes., Sp. Pros (K), Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) menuturkan, kehilangan gigi itu bisa menimpa individu di semua rentang usia dengan berbagai penyebab. Mulai dari perilaku kesehatan gigi yang buruk maupun diet tinggi gula yang mengakibatkan gigi berlubang dan harus dicabut, trauma pada gigi akibat kecelakaan, gum disease, kebiasaan merokok yang memperburuk kondisi gigi, hingga kondisi lainnya.
"Jika kehilangan gigi ini dibiarkan dalam waktu lama, dampaknya akan mempengaruhi kemampuan fisik serta estetika wajah,” tuturnya.
drg. Murti melanjutkan, penggunaan gigi palsu atau gigi tiruan menjadi salah satu solusi dalam menggantikan peran gigi yang hilang ini agar individu tetap dapat berbicara, mengunyah, dan menelan dengan baik. Gigi palsu juga menjadi penopang bagi otot-otot wajah, sehingga dapat mempertahankan struktur wajah secara keseluruhan.
"Secara umum, perawatan gigi palsu ini relatif mudah dan tidak membutuhkan operasi, alias sifatnya non-invasive. Namun pembuatannya, atau solusi lain, akan direkomendasikan oleh dokter setelah melihat kondisi kesehatan pasien secara komprehensif,” lanjutnya.
General Manager Haleon Indonesia Dhanica Mae Dumo-Tiu mengungkapkan, bahwa pihaknya memahami pentingnya akses terhadap perawatan gigi palsu. Untuk itu Polident sebagai merek perawatan gigi palsu dengan solusi perekat dan pembersihnya, yang diproduksi oleh perusahaan kesehatan konsumen Haleon, turut mengumumkan inisiatif penyediaan akses gigi palsu kepada individu yang membutuhkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan rencana untuk melakukan ekspansi program ke kota lainnya di Indonesia.
“Harapannya, program dari Polident ini meningkatkan akses masyarakat terhadap gigi palsu, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Dengan adanya program ini, diharapkan lebih banyak orang dapat memperoleh manfaat dari penggunaan gigi palsu yang tepat,” tandasnya.
Editor : Ali Masduki