Listiyono menegaskan, peran media sosial dalam memperburuk situasi. Informasi yang tidak lengkap dan interpretasi yang bias dapat memicu reaksi berlebihan dan "persekusi" balik terhadap rumah makan Padang.
Ia mencontohkan analogi sarkastik yang menganggap orang Minang ingin menang sendiri dan meminta agar tidak berjualan di daerah lain.
"Melalui berbagai analogi sarkastik yang menganggap orang Minang ingin menang sendiri, meminta agar tidak berjualan di daerah lain, dan sebagainya. Ini terjadi karena masyarakat belum memiliki pemahaman yang setara tentang bagaimana mengelola identitas kesukuan di ruang yang berbeda atau di luar daerahnya," jelasnya.
Menurut Listiyono, solusi terbaik adalah meningkatkan kesadaran multikultural di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini mencakup penghormatan terhadap nilai-nilai adat dan budaya yang beragam.
Untuk itu Ia mengungkapkan bahwa dalam masyarakat yang multikultural, setiap suku harus hidup berdampingan dengan penuh kesadaran akan perbedaan.
"Setiap warga negara Indonesia harus menyadari bahwa kita hidup dalam masyarakat yang beragam dan harus hidup berdampingan. Saat ini, setiap suku dalam suatu wilayah akan hidup berdampingan dengan suku lain. Oleh karena itu, sangat perlu sekali memiliki kesadaran penuh mengenai kondisi perbedaan ini," pungkasnya.
Editor : Ali Masduki