get app
inews
Aa Text
Read Next : Satu Juta Warga Jombang Pilih Pemimpin, Dua Paslon Cabup-Cawabup Ikut Nyoblos, Disini Lokasinya

Mengganti Ranking dengan Capaian, Seberapa Relevan untuk Kampus Indonesia?

Rabu, 27 November 2024 | 08:08 WIB
header img
Supangat, M.Kom., Ph.D., ITIL., COBIT, CLA., CISA, Wakil Dekan I Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Foto iNewsSurabaya/ist

MENTERI PENDIDIKAN TINGGI, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Indonesia, Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengusulkan sistem baru dalam menilai perguruan tinggi di Indonesia. Alih-alih fokus pada peringkat global seperti QS World University Rankings (QS WUR), Satryo mendorong pendekatan berbasis capaian. Usulan ini mendapat banyak perhatian, terutama karena dianggap lebih relevan dengan karakter unik setiap kampus dan bisa mengatasi masalah seperti "obral gelar" akademik.

Mengapa Sistem Pemeringkatan Perlu Diubah?

Data tahun 2023 menunjukkan perguruan tinggi Indonesia menghadapi tantangan besar untuk mencapai Top 200 dunia. Meskipun beberapa kampus seperti UI berhasil naik dari peringkat 248 ke 237, sebagian besar lainnya justru turun. UGM turun dari 231 ke 263, ITB dari 235 ke 281, dan IPB dari 449 ke 489. Situasi ini menyoroti perlunya pendekatan baru yang lebih fokus pada kualitas dan relevansi dibandingkan sekadar peringkat.

Saat ini, sistem pemeringkatan global sangat bergantung pada survei akademik dan reputasi lulusan, yang menyumbang 45-50% dari total skor. Akibatnya, perguruan tinggi pengajaran (teaching university) sulit bersaing dengan universitas riset (research university) yang memiliki program doktoral dan produksi penelitian lebih besar.

Apa Itu Sistem Berbasis Capaian?

Dalam sistem ini, setiap kampus menetapkan target capaian spesifik di awal tahun ajaran, seperti kualitas riset, kontribusi sosial, dan kerja sama global. Dengan cara ini, kampus dapat menunjukkan keunggulannya tanpa harus mengikuti standar global yang seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan lokal.

Namun, tantangan utamanya adalah menentukan indikator capaian yang obyektif dan terukur. Indikator ini harus mencakup kontribusi kampus kepada masyarakat, seperti dampak penelitian, efektivitas pengabdian masyarakat, dan prestasi mahasiswa di tingkat internasional.

Untuk mendukung kebijakan ini, diperlukan sistem informasi yang transparan dan akurat. Data dari Bappenas dan Kemenristekdikti mengungkapkan bahwa saat ini hanya 29 universitas Indonesia yang masuk 100 besar Asia Tenggara versi Webometrik. 

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut