Masyarakat pada masa Majapahit mengenalnya dengan istilah mukso (menghilang) atau diperabukan. Abu inilah yang kemudian disimpan di candi ataupun dihanyutkan ke laut. Situs ini juga dikenal dengan sebutan Lemah Geneng, artinya sama dengan Siti Inggil yaitu tempat yang tinggi atau tanah yang tinggi.
Di dalam kompleks Siti Inggil ini ada lima nisan, yakni nisan Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana, pendiri Kerajaan Majapahit. Kemudian makam Ghayatri (permaisuri Raden Wijaya) dan dua selirnya yang bernama Dhoro Pethak dan Dhoro Jinggo, serta Abdi Kinasih.
Makam Raden Wijaya
Selir pertama disebut Ndoro Petak karena kulitnya putih dan ia berasal dari Tiongkok. Sedangkan selir kedua disebut Ndoro Jinggo sebab kulitnya kuning dan ia perempuan terhormat dari Kamboja. Selain itu ada juga makam dari Abdi Kinasih atau Abdi Dalem dari Hayam Wuruk dan permaisuri.
Petilasan Raden Wijaya ini dipercaya sebagai tempat pertama kali Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit, di sini juga diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhirnya. Di antara beberapa bangunan yang ada di kompleks Siti Inggil, terhadap bangunan Sanggar Pamujan.
Editor : Arif Ardliyanto