get app
inews
Aa Text
Read Next : Siasat Cerdik Petani Tanah Gersang Madura, Sayur dan Buah Tumbuh Subur di Lahan Kritis

PHE WMO Sukses Tingkatkan Produktivitas Lahan Kering, Raih PROPER Emas 2024

Selasa, 04 Maret 2025 | 21:52 WIB
header img
PHE WMO tidak hanya mengubah lahan kritis menjadi lahan produktif, tetapi juga menciptakan harapan baru bagi masyarakat Desa Bandangdaja untuk hidup lebih sejahtera di tanah kelahiran mereka. Foto/Dokumentasi PHE WMO

BANGKALAN -  PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), bagian dari Subholding Upstream Pertamina Zona 11 Regional Indonesia Timur, kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) Emas 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 

Penghargaan tersebut diberikan berkat inovasi program Eco-edufarming yang diimplementasikan di Desa Bandangdaja, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Tahun ini, sebanyak 4.495 perusahaan mengikuti penilaian PROPER, dengan hanya 85 perusahaan yang berhasil meraih PROPER Emas. PHE WMO menjadi salah satu penerima penghargaan tertinggi tersebut berkat keberhasilan program Eco-edufarming yang melibatkan 28 anggota Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera (BSS).  Program ini berfokus pada pengelolaan lahan kritis dan pemberdayaan masyarakat melalui pertanian organik berbasis teknologi tepat guna.

 

Mengubah Lahan Kritis Menjadi Lahan Produktif

Desa Bandangdaja sebelumnya dikenal sebagai daerah dengan lahan kering dan kurang subur. Kandungan bahan organik yang rendah dan struktur tanah yang buruk membuat lahan ini sulit dikelola untuk pertanian. 

Selain itu, masyarakat setempat juga belum memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA). Akibatnya, banyak warga memilih merantau ke luar daerah untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera, Ahmad Marnawi, mengakui bahwa kondisi lahan yang kering dan sulit diolah menjadi tantangan besar bagi petani setempat. 

"Selama ini, banyak lahan pertanian di Bandangdaja yang kering dan tidak bisa dimanfaatkan. Warga juga jarang mengonsumsi sayur dan buah karena pasokan didatangkan dari Jawa, sehingga harganya mahal," ujarnya.

Melalui program Eco-edufarming, PHE WMO berhasil mengubah kemustahilan menjadi keniscayaan. Program ini meningkatkan produktivitas 6,7 hektare lahan kering, memanfaatkan 95,8 ton limbah ternak untuk pupuk organik, dan lebih dari 6 ton cocopeat per tahun untuk penghematan air. 

Selain itu, PHE WMO memperkenalkan teknologi seperti soil nutrient sensor untuk mengukur kandungan nutrisi tanah, serta metode rain harvesting dan atmosfering harvesting untuk mengoptimalkan penggunaan air.

Editor : Ali Masduki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut