Menurut Amin, kebutuhan yang besar namun tidak diikuti upaya konservasi Kawasan resapan air tanah maka mulai muncul permasalahan.
Salah satu permasalahan yang pelik adalah amblesan. Air tanah berada di pori-pori batuan yang semulanya terisi air, setelah di ekstrasi menjadi kosong ketika air dipompa naik ke atas permukaan.
Antar butiran di bawah tanah terjadi pemadatan, sehingga akhirnya tanah bisa ambles sehingga bangunan dan infrastruktur di sekitarnya mengalami kerusakan.
Pengambilan air tanah tidak terkontrol serta tidak sesuai dengan ketersediaannya, sehingga berdampak pada kualitas dan kuantitas sumber air tersebut.
"Akibatnya ketersediaannya semakin berkurang dan menyebabkan krisis air tanah di beberapa daerah di Indonesia," tegasnya.
Ia menjelaskan, salah satu contoh pemanfaatan air tanah oleh petani untuk mengairi sawahnya ternyata dilakukan tidak secara bijak. Petani banyak yang memakai sumur bor untuk bisa mengairi sawahnya.
Penggunaan air sumur bor ini sendiri dilakukan secara terus menerus meski musim hujan dan 24 jam. Ini terjadi karena sumur bor yang digunakan mereka tanpa diberi kran untuk bisa mengatur kapan air itu dibutuhkan atau tidak.
Dan kondisi ini diperparah dengan belum adanya aturan spesifikasi dan jarak antar sumur bor. Padahal semua tahu bahwa untuk mengairi sawah tidak harus menggunakan air tanah sebab klas air tanah termasuk klas A (air minum).
Dampak akibat pengambilan air tanh oleh petani diantaranya banyak air yang terbuang percuma dan penururnan muka air tanah (air sumur) di Kawasan permukiman di sekelilingnya.
Editor : Ali Masduki