Namira Ecoprint, Brand Fesyen Ramah Lingkungan Asal Surabaya yang Sukses Ekspor ke Eropa
SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Di tengah gempuran industri mode cepat (fast fashion), hadir sebuah angin segar dari Surabaya. Namira Ecoprint Indonesia, brand fesyen berbasis lingkungan yang dirintis oleh Yayuk Eko Agustin, berhasil menembus pasar internasional hingga ke Rusia dan Eropa.
Berawal dari keresahan akan limbah tekstil dan terinspirasi oleh potensi tanaman lokal selama pandemi COVID-19, Yayuk yang merupakan pensiunan ASN Pemkot Surabaya membangun bisnis dengan konsep keberlanjutan. Tanpa bahan kimia, ia memanfaatkan dedaunan dan tanaman liar di sekitar rumah untuk menghasilkan motif unik pada kain.
“Prinsip kami adalah kembali ke alam. Kami gunakan daun dan bunga yang tersedia, lalu olah limbahnya menjadi pupuk organik. Bahkan kami tanam kembali pohon-pohon yang kami pakai,” jelas Yayuk, Kamis (26/6/2025).
Dengan kapasitas produksi mencapai 500 potong kain ecoprint per bulan, Namira kini memberdayakan hampir 10 pekerja, termasuk penjahit disabilitas. Produk-produknya sudah tampil elegan di butik hotel ternama seperti Samator Novotel, Grand Mercure, hingga Hotel Majapahit.
Tak hanya domestik, produk ecoprint Namira telah mencuri hati pasar mancanegara. “Pembeli terjauh dari Rusia. Italia dan Meksiko juga tertarik datang langsung. Bahkan ada dari Kanada,” ujarnya bangga.
Yayuk juga aktif mengikuti misi dagang yang difasilitasi Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur. Dari Aceh hingga Papua, Namira Ecoprint rutin hadir dalam berbagai pameran untuk memperkenalkan wastra berbasis alam kepada publik.
Soal pendapatan, Yayuk menyebutkan bahwa omzet Namira bisa mencapai Rp200 juta per bulan, terutama saat musim liburan dan banyak wisatawan menginap di hotel-hotel tempat outletnya berada.
“Butik kami menyatu dengan rumah. Jadi bisa melayani pembeli kapan pun, bahkan tengah malam,” ungkapnya sambil tersenyum.
Kisah sukses Namira Ecoprint menjadi salah satu sorotan dalam program Pertamina UMK Academy 2025, yang tahun ini menggandeng lebih dari 1.400 pelaku UMK dari berbagai daerah di Indonesia.
Akselerator Pertamina UMK Academy wilayah Jatimbalinus, Aliff Indira Thahir menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk membantu UMK naik kelas dengan pendekatan berkelanjutan dan digitalisasi.
“UMK Academy memiliki kurikulum bertahap: Go Modern, Go Digital, Go Online, dan Go Global. Semua disisipi semangat go green,” jelas Aliff.
Tahun ini, Pertamina juga meluncurkan Platform UMK Academy, sistem pembelajaran digital berbasis modul, video interaktif, asesmen, hingga gamifikasi. Program ini fokus pada sektor-sektor spesifik seperti agribisnis, kriya, wastra, fesyen, kuliner, hingga perhiasan.
“Peserta terbaik akan berpeluang mendapatkan hibah teknologi senilai ratusan juta rupiah serta akses ke rantai pasok nasional dan internasional,” tambahnya.
Editor : Arif Ardliyanto