Gus Idris, Ulama Muda NU yang Luluhkan Hati Preman Lewat Aksi Mengejutkan
Sejak kejadian tersebut, Rahmat mulai meninggalkan dunia premanisme. Ia aktif mengikuti kegiatan dakwah dan sosial bersama tim Gus Idris. Tak hanya itu, ia juga mulai berbagi kisah hidupnya kepada masyarakat sebagai bentuk pertobatan dan edukasi.
Kisah inspiratif ini cepat menyebar di media sosial, memicu gelombang komentar positif. Banyak yang menyebut tindakan Gus Idris sebagai "tamparan lembut yang menyentuh kalbu", bukti bahwa kelembutan hati lebih ampuh dari kekerasan.
Muhammad Idris Al Marbawy, atau akrab disapa Gus Idris, lahir pada 21 September 1990. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Kiai Rodiyallah—tokoh NU dan penggerak Gerakan Pemuda Ansor di wilayah Ngajum. Gus Idris memiliki dua saudara perempuan: Ning Hikmah dan Ning Nanda.
Pendidikan agamanya dimulai dari SMP Riyadlul Qur’an, kemudian ia melanjutkan ke SMA di Pakisaji dan lulus sebagai siswa terbaik. Ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Islam Raden Rahmad dan STF Alfarabi Kepanjen, memperdalam ilmu filsafat dan dakwah Islam.
Sikap rendah hati dan kedekatannya dengan masyarakat membuat Gus Idris sangat dicintai. Ia tak pernah menolak undangan masyarakat—baik dari kalangan bawah maupun atas, dekat ataupun jauh. Semangat melayani umat tanpa pamrih menjadi ciri khasnya.
Berkat doa keluarga dan dukungan masyarakat, Gus Idris kemudian mendirikan Majelis Thoriqul Jannah, sebuah forum pengajian yang kini memiliki ribuan jamaah. Lewat majelis ini, ia terus menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah dengan pendekatan yang lembut, menyentuh, dan penuh hikmah.
Kisah Gus Idris dan Rahmat menjadi pengingat bahwa perubahan besar tidak selalu datang dari tekanan, tetapi bisa lahir dari ketulusan dan kasih sayang. Dakwah yang menyentuh hati—bukan hanya menggurui—menjadi kekuatan utama yang mampu mengubah kehidupan seseorang.
Editor : Arif Ardliyanto