Diselamatkan Warga, Rusa Bawean Bangkit dari Ancaman Kepunahan
GRESIK, iNewsSurabaya.id - Populasi rusa bawean (Axis kuhlii), spesies endemik Pulau Bawean di Laut Jawa, menghadapi ancaman kepunahan akibat kerusakan habitat, perburuan liar dan dampak bencana alam. Gempa bui berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang pada 22 Maret 2024 merusak fasilitas kenservasi di kawasan Pudakit Barat, menyebabkan seluruh rusa di penangkaran melarikan diri ke alam liar
Kepala Resor Konservasi Wilayah (RKW) 10 Pulau Bawean, Nursyamsi, menyatakan bahawa pihaknya kini menghadapi tantangan besar dalam upaya pemantauan dan perlindungan populasi rusa tersebut
“Gempa yang terjadi di tahun 2024 benar-benar menghancurkan fasilitas konservasi di Pudakit Barat. Semua rusa yang ada di sana akhirnya lepas ke alam liar, sehingga sekarang kami menghadapi tantangan besar dalam upaya perlindungan dan pemantauan populasi mereka.” ujar Nursyamsi
Rusa Bawean merupakan spesies dilindungi secara nasional melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 rahun 1999, dan telah lama masuk dalam kategori Critically Endengered (CR) pada Daftar Merah IUCN. Hewan ini hanya ditemukan di Pulau Bawean dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem setempat
Sebelum gempa terjadi, kawasan konservasi Pudakit Barat berfungsi sebagai pusat pengembangbiakan dan pemantauan populasi rusa secara intensif. Fasilitas ini dilengkapi pagar pembatas, area pakan, dan jalur pemantauan. Namun pasca-bencana, pendekatan konservasi berubah menjadi pelacakan populasi di alam liar, dengan tantangan baru seperti keterbatasan sumber daya, medan sulit, hingga potensi konflik dengan aktivitas warga.
Saat ini, satu-satunya lokasi penangkaran yang masih berfungsi berada di kawasan Mombhul, dengan populasi 46 ekor rusa (6 jantan dan 40 betina). Namun, fasilitas ini belum memiliki legalitas formal karena lahan berada dalam pengelolaan pribadi milik Jazilul Fawaid, Wakil Ketua MPR RI periode 2019–2024.
Meski demikian, berbagai langkah konservasi terus dilakukan oleh RKW 10 dan pihak terkait, mulai dari sosialisasi ke masyarakat, penindakan perburuan liar, hingga pemantauan berkala di habitat alam liar.
Menurut Nursyamsi, pendekatan persuasif yang dilakukan menunjukkan hasil positif. “Masyarakat kini lebih sadar. Mereka tidak lagi memburu rusa, bahkan melapor jika menemukan satwa tersebut di luar habitat,” ujarnya.
Data historis mencatat bahwa pada tahun 1979, populasi rusa bawean diperkirakan mencapai 400 ekor. Meski mengalami fluktuasi, tren populasi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan stabil berkat upaya konservasi yang konsisten

Nursyamsi menginformasikan bahwa konservasi yang dilakukan menunjukkan hasil positif, dengan populasi rusa yang cenderung stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi mulai membuahkan hasil dan memberikan harapan bagi kelestarian spesies ini.
Konservasi rusa bawean tak bisa berjalan tanpa dukungan masyarakat. Salah satu tokoh yang konsisten mengadvokasi pelestarian ini adalah Faisyal Effendi Baweany, seorang aktivis lingkungan dan pariwisata yang dikenal luas di Pulau Bawean.
"Konservasi rusa bawean bukan hanya tentang menyelamatkan spesies ini, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat bahwa satwa liar memiliki peran penting dalam ekosistem. Jika kita bisa mengelola konservasi dengan baik, rusa bawean dapat menjadi daya tarik ekowisata yang menguntungkan bagi warga setempat," jelas Faisyal
Ia aktif membangun jembatan antara warga lokal, wisatawan, dan pihak luar melalui edukasi, kampanye sekolah, serta diskusi dengan pemerintah desa. Faisyal mendorong konsep konservasi partisipatif sebagai solusi jangka panjang.
Untuk memastikan kelestarian rusa bawean, dibutuhkan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, akademisi, masyarakat lokal, serta organisasi lingkungan. Pembangunan kembali sistem konservasi yang tangguh terhadap bencana dan memiliki landasan hukum jelas menjadi langkah prioritas.
Selain itu, pengembangan ekowisata berbasis konservasi dapat menjadi solusi yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan taraf ekonomi masyarakat tanpa mengeksploitasi alam
Rusa bawean adalah warisan alam yang tidak tergantikan. Sebagai satu-satunya habitat asli di dunia, Pulau Bawean memegang peranan penting dalam menjaga keberlangsungan spesies ini. Tanpa langkah konkret dan kolaborasi multipihak, rusa bawean bisa menghadapi kepunahan lebih cepat dari yang diperkirakan.
Dengan pendekatan konservasi yang adaptif, regulasi yang kuat, dan partisipasi aktif masyarakat, rusa bawean dapat terus hidup sebagai simbol keanekaragaman hayati Indonesia.
Penulis: Dzikry Nur Alam, Syahrial Fathur Rozi Darmawan
Editor : Arif Ardliyanto