get app
inews
Aa Text
Read Next : Perkuat Identitas Budaya, Akademisi Surabaya Jadikan Batik Jombang Ikon Pariwisata Dengan Teknologi

Menyelamatkan Identitas Budaya di Era Globalisasi Digital

Jum'at, 31 Oktober 2025 | 10:14 WIB
header img
Gelombang budaya Korea atau K-Pop kini tidak hanya menjadi fenomena hiburan global, tetapi juga simbol perubahan identitas generasi muda. Foto: Pinterest

SURABAYA, iNewsSurabaya.id - Gelombang budaya Korea atau K-Pop kini tidak hanya menjadi fenomena hiburan global, tetapi juga simbol perubahan identitas generasi muda, termasuk di Indonesia. Musik, gaya berpakaian, hingga pola komunikasi yang dibawa oleh industri hiburan Korea Selatan telah memengaruhi cara anak muda membentuk citra dan mengekspresikan jati diri mereka di era digital.

Kemajuan teknologi dan media sosial membuat arus globalisasi budaya mengalir tanpa batas. Dalam konteks ini, KPop tampil sebagai kekuatan lunak (soft power) yang berhasil menembus ruang pribadi remaja Indonesia. Platform seperti YouTube, TikTok, hingga X (Twitter) menjadi ruang interaksi virtual yang mempertemukan jutaan penggemar dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Melalui ruang tersebut, terbentuklah budaya baru yang menggabungkan nilai-nilai lokal dengan pengaruh global.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana budaya populer asing bertransformasi menjadi bagian dari gaya hidup dan identitas sosial. Remaja kini tidak hanya menggemari musik atau idola, tetapi juga menjadikan nilai-nilai yang diusung para bintang K-Pop, seperti kerja keras, disiplin, dan kesempurnaan penampilan sebagai inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, hal ini mencerminkan semangat adaptif generasi muda dalam merespons perkembangan zaman. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran akan lunturnya kebanggaan terhadap budaya sendiri.

Budaya konsumtif yang melekat pada dunia K-Pop juga menghadirkan tantangan baru. Fenomena membeli album, merchandise, atau tiket konser dengan harga tinggi sering kali menjadi simbol status sosial di kalangan penggemar. Di sinilah muncul risiko perubahan nilai, ketika makna ekspresi diri tergeser menjadi sekadar bentuk pengakuan sosial. Jika tidak diimbangi kesadaran kritis, perilaku konsumtif ini dapat berdampak pada aspek finansial dan psikologis remaja.

Namun, tidak semua dampak K-Pop bersifat negatif. Bagi sebagian remaja, budaya Korea justru membuka ruang pembelajaran lintas budaya. Banyak penggemar yang terdorong untuk mempelajari bahasa Korea, memahami etika, dan menelusuri sejarah negeri ginseng tersebut. Interaksi lintas budaya ini memperluas wawasan global sekaligus memperkuat kemampuan adaptasi dalam menghadapi dunia yang semakin terhubung.

Tantangannya kini terletak pada bagaimana generasi muda mampu menyeimbangkan antara keterbukaan terhadap budaya global dan pelestarian nilai-nilai lokal. K-Pop seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman terhadap budaya Indonesia, melainkan sebagai cermin bahwa generasi muda memiliki semangat belajar, daya kreatif, dan keterhubungan global yang tinggi. Yang dibutuhkan adalah kesadaran untuk menempatkan diri sebagai konsumen budaya cerdas dan mampu mengapresiasi tanpa kehilangan jati diri kebangsaan.

Dalam konteks pembangunan karakter bangsa, K-Pop bisa menjadi titik refleksi penting untuk generasi muda, apakah akan terus menjadi peniru budaya asing, atau justru memanfaatkan pengaruh global tersebut untuk memperkaya identitas nasional. Di tengah derasnya arus globalisasi, menjaga keseimbangan antara keterbukaan dan kecintaan terhadap budaya sendiri adalah kunci agar generasi muda tidak hanya menjadi pengikut tren, tetapi juga pembawa nilai-nilai kebangsaan yang relevan dengan zaman.
 

Penulis: Nabilatus Syarifah

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut