Dipicu Luka Hati, Purnomo Akhiri Hidup Istri Sirinya: Ini Kronologi Lengkap Tragedi Kelam di Jombang
Karena korban masih bernafas, pelaku kemudian menutup wajah korban dengan bantal hingga tidak bergerak lagi. Setelah memastikan istrinya meninggal, ia menutupi tubuh korban dengan selimut dan meninggalkan lokasi.
Saat jasad korban ditemukan empat hari kemudian, kondisinya sudah membusuk.
Setelah melakukan aksinya, Purnomo kabur menggunakan motor Yamaha Vixion milik korban. Motor tersebut kemudian ia titipkan di sebuah tempat sebelum naik bus menuju Pelabuhan Merak. Dari sana, ia menyeberang ke Lampung—wilayah yang pernah menjadi tempatnya bekerja sekitar 10 tahun lalu.
Keberadaannya akhirnya terendus polisi. Purnomo ditangkap pada Jumat malam pukul 23.15 WIB di sebuah kos di Desa Rajabasa Baru, Kecamatan Mataram Baru, Lampung Timur.
Polisi mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk linggis, bantal, selimut, uang tunai, dan perhiasan milik korban.
Dari hasil pemeriksaan awal, polisi menyimpulkan bahwa pembunuhan ini tidak direncanakan. Emosi dan sakit hati disebut menjadi pemicu utama.
“Perbuatannya spontan. Ia mengaku kehilangan kontrol karena dipicu tekanan emosi,” tambah Dimas.
Penemuan mayat Tri Retno bermula dari kecurigaan anak kandungnya, Eko. Ia mendatangi rumah ibunya karena tidak bisa dihubungi. Saat pintu dibuka, bau menyengat menyeruak dan ia menemukan jasad ibunya tergeletak di kamar.
Polisi yang melakukan olah TKP menemukan kejanggalan. Motor korban hilang, sementara Purnomo yang biasanya tinggal bersama korban tidak terlihat.
Autopsi kemudian mengungkap luka parah di wajah, kepala, dada, tulang pipi, rahang, hingga beberapa tulang iganya patah. Di organ dalam, ditemukan perdarahan hebat hingga otak korban membubur akibat benturan keras.
Kasus ini kembali membuka mata masyarakat tentang bahaya konflik berkepanjangan dalam hubungan rumah tangga, terlebih ketika tak pernah terselesaikan secara sehat. Purnomo kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum, sementara keluarga korban masih berusaha menerima kepergian Tri Retno yang begitu tragis.
Editor : Arif Ardliyanto