get app
inews
Aa Text
Read Next : Sembilan Klub Siap Tempur di Liga 4! Semut Hitam hingga Putra Mars Adu Jago

Kisah Pilu Nenek Elina Picu Reaksi Keras Pemuda Surabaya, Arek Suroboyo Bersatu Tolak Provokasi Suku

Selasa, 30 Desember 2025 | 14:07 WIB
header img
Insiden perusakan rumah Nenek Elina (80) memicu kemarahan pemuda Surabaya. Deklarasi “Sumpah 100% Arek Suroboyo” digaungkan untuk melawan provokasi dan diskriminasi suku. Foto Surabaya.iNews.id/ist

SURABAYA, iNewsSurabaya.id – Gelombang keprihatinan atas insiden yang menimpa Nenek Elina (80) terus mengalir di Kota Pahlawan. Bukan hanya kecaman, namun juga solidaritas nyata datang dari Karang Taruna hingga pemuda lintas suku di Surabaya yang bersatu menolak segala bentuk kekerasan dan upaya memecah belah warga.

Keprihatinan itu diwujudkan dalam deklarasi bertajuk “Sumpah 100% Arek Suroboyo” yang digelar di Plaza Internatio, Surabaya. Kegiatan ini menjadi simbol perlawanan moral terhadap provokasi, diskriminasi, dan aksi perusakan yang dinilai mencederai nilai kebersamaan warga kota.

Deklarasi tersebut diinisiasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya sebagai upaya menyatukan kembali semangat persaudaraan pascainsiden perusakan rumah yang dialami seorang lansia.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan pentingnya peran pemuda dalam menjaga kondusivitas kota. Ia mengingatkan agar Arek Suroboyo tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang sengaja mengaitkan persoalan hukum dengan latar belakang suku tertentu.

“Arek-arek Surabaya jangan pernah terprovokasi. Jangan pernah arek Surabaya diadu,” ujar Eri Cahyadi di hadapan para pemuda.

Menurutnya, Surabaya dibangun dari keberagaman karakter, budaya, dan suku bangsa. Justru perbedaan itulah yang selama ini menjadi kekuatan kota, bukan sumber konflik. Karena itu, ia mengajak generasi muda berani bersikap tegas menolak segala bentuk diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan.

“Jaga Surabaya dengan keberanian, tapi tetap beradab dan santun sesuai aturan. Kalau ada diskriminasi, Surabaya tidak boleh diam,” tegasnya.

Cak Eri—sapaan akrab Wali Kota Surabaya—juga menyayangkan insiden perusakan rumah yang menimpa seorang nenek justru berkembang menjadi isu sensitif yang berpotensi memecah warga. Ia menegaskan, Surabaya adalah kota hukum, sehingga setiap persoalan harus diselesaikan melalui jalur hukum, bukan dengan kekerasan atau main hakim sendiri.

Dalam kesempatan tersebut, ia mengapresiasi langkah cepat kepolisian yang berhasil menangkap pelaku perusakan. Hal itu, menurutnya, menjadi bukti bahwa penegakan hukum berjalan dan negara hadir melindungi warganya.

Untuk mencegah kejadian serupa terulang, Pemkot Surabaya akan segera membentuk Satgas Anti Premanisme yang melibatkan unsur TNI, Polri, Kejaksaan, serta para tokoh dan pemimpin suku di Kota Surabaya.

“Hari ini tidak ada lagi premanisme di Surabaya. Kita harus berani melawan premanisme, tapi dengan hukum yang berjalan,” kata Cak Eri.

Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya pemuda, terlibat aktif dalam satgas tersebut. Bahkan, Pemkot Surabaya berencana mengumpulkan seluruh organisasi masyarakat dan perwakilan suku pada 31 Desember 2025 untuk berikrar bersama menolak premanisme dan segala bentuk kekerasan.

Menutup sambutannya, Cak Eri menitipkan masa depan Surabaya kepada generasi muda. Ia menegaskan, nasib Kota Pahlawan tidak hanya berada di tangan pemerintah, tetapi juga pada keberanian dan kesadaran warganya menjaga rumah bersama.

“Jangan pernah mau rumah kita dibakar, dirusak, atau dijadikan perang suku. Surabaya adalah rumah kita semua,” pungkasnya.

Editor : Arif Ardliyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut