Menengok Kondisi Tempat Perlindungan Anak Di Bawah Umur Milik Kota Surabaya

Koordinator Shelter anak perempuan, Sulika, mengungkapkan, untuk menghilangkan rasa trauma mereka. Pihaknya memberikan kegiatan-kegiatan tersebut. "Kita juga sedih, biasanya psikolog mereka datang kesini," ungkap Sulika.
Sulika menyampaikan, anak-anak tersebut masih sekolah pada umumnya. Sulika menyebut, mereka rata-rata masih SMP, hanya satu diantara mereka yang paling tua yakni L (18) juga paling lama tinggal di shelter selama 7 tahun, yang kini telah duduk di bangku kelas 1 SMA. Sedangkan yang paling muda L (12) masih duduk di Kelas 6 Sekolah Dasar.
"Kalau sekolah mereka sudah selesai, mereka diperbolehkan keluar, tetapi tergantung jika mereka sudah siap. Bahkan pernah ada yang kuliah itu selesai," terang Sulika.
Sementara itu, Ketua DP3A PPKB, Tomi Ardiyanto, menambahkan di Shalter ini adalah anak-anak yang dititipkan karena korban kekerasan atau pelecehan seksual.
Anak-anak tersebut juga yang awalnya mendapat pendampingan dari Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). "Jadi tim outward satgas PPA melakukan pendampingan segala macam, kan anak ini masih trauma karena lingkungan mereka tak mendukung. Sehingga kita melakukan pembinaan kepada mereka," ujar Tomi.
Editor : Arif Ardliyanto