SURABAYA, iNews.id - Wisata kuliner di kota Surabaya terus berkembang. Para pengusaha kuliner pun berlomba menawarkan ragam menu dan tempat yang berkesan agar pengunjung betah dan kembali lagi.
Di Surabaya Timur misalnya. Sepanjang di Jl Ir Sukarno Hatta atau Jl. Merr ini bermunculan rumah-rumah makan dengan menu dan desain bangunan yang unik-unik. Ada yang tampil dengan desain modern, tradisional hingga konsep Pedagang Kaki Lima (PKL).
Namun, diantara deretan tempat kuliner tersebut, ada satu yang cukup menyita perhatian. Tepatnya di Jl Ir Sukarno Hatta sisi selatan yang berbatasan dengan Perumahan Pondok Tjandra, Sidoarjo.
Disana berdiri Waroeng Joglo Merah Putih. Kuliner yang satu ini mengusung rumah tradisional Jawa kuno. Ada tiga rumah kuno yang merepresentasikan kasta-kasta masyarakat Jawa.
Diantaranya adalah Joglo yang jadi ruang tamu bagi para ningrat, atau pejabat pemerintahan setingkat demang, lurah, dan juga kiai.
Bangunan berikutnya adalah Sinom yang biasa dipakai masyarakat di bawah mereka yang tinggal di bangunan berjoglo. Dan Srotong yang jadi rumah bagi masyarakat di tingkatan paling rendah.
Perbedaan bangunan ini tampak jelas dari bahan yang digunakan. Joglo misalnya, seluruhnya terbuah dari bahan kayu jati yang kokoh. Sedang Srotong dari bahan kayu jati dan campuran kayu jenis lainnya.
Sementara Srotong adalah bangunan persegi yang dikelilingi penutup berupa gedeg, yaitu dinding dari anyaman bambu. Melengkapi rumah tradisional Jawa ini ada pula pawon, langgar, kandang sapi, serta lumbung padi.
“Dulu penempatan kandang sapi atau kebo untuk mengolah sawah ini ada di sisi kiri rumah,” ungkap Suryani, pengelola warung.
Hadirnya rumah makan bernama Waroeng Joglo Merah Putih yang bersisian dengan Warung Kopi Bicopi ini diharapkan bisa melestarikan budaya Jawa yang belakangan kian tergerus jaman.
“Kami ingin anak muda tidak melupakan sejarah. Jadi semangatnya adalah uri-uri (melestarikan) budaya Jawa,” tegas Suryani.
Uniknya, selain kuliner, pengunjung juga bisa melihat alat transportasi jadul seperti cikar, dokar, dan becak.
Menu yang disajikan pun selaras dengan konsep bangunan. Makanan khas rumahan dan minuman tradisional bisa dinikmati bersama kerabat. Kulinerpun serasa pulang ke rumah kakek nenek.
Pengunjung bisa bersantai duduk di area terbuka. Ornamen-ornamen kuno seperti kendi dipajang tepat pintu masuk. Ini menggambarkan kehidupan orang jaman dulu. Kendi berisi air putih pada jaman dulu sengaja disediakan bagi siapa saja yang membutuhkan
Sejumlah joglo bisa digunakan selama belum ada yang menempati.
Editor : Ali Masduki