Warga ramai-rami terlibat dengan beragam atribut budaya lokal dan diakhiri berdoa bersama di petilasan Eyang Kapiludin
"Kita kembali ke ajaran leluhur dengan mendatangi sesepuh kami di Jarak, Dolly. Mereka babat alas, dulunya yang kita sebut Pepunden," ucapnya.
Mapak Suro, kata dia, membuktikan bahwa arga Jarak dan Dolly masih memegang teguh ajaran leluhur
"Suro adalah hari yang sakral dan terbaik, bagaimana kita kembali ke manusia yang awal, dari yang dulunya rusak, bejat, dan nakal, jadi kembali ke asal mula manusia," tuturnya.
Selain merawat tradisi baik, Mapak Suro yang saat ini terus dilakukan diharapkan dapat merubah wajah dan stigma negatif tentang kampung Dolly.
"Yang pasti, kami menuju kampung berbudaya ya, selama ini image masyarakat dianggap seram atau jelek, di setiap rumah ada kendi-kendi dan bambu (saat Suro dan hari biasa), itu ciri khas kami bahwa masih berbudaya," tegas dia.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait