TULUNGAGUNG, iNews.id – Bendungan Niyam terlihat sangat kokoh, pertanian, pengairan, dan kesuburan tanah sekitar merasakan manfaat bendungan tersebut. Namun dibalik bendungan yang kokoh tersebut menyimpan cerita kelam adanya kerja paksa hingga kucuran darah.
Bendungan Niyama dikenal juga dengan Terowongan Niyama, lokasinya tak jauh dari jalan lingkar selatan (JLS) tersimpan kisah kelam kerja paksa saat pembuatan bendungan ini.
Kerja paksa atau yang dikenal dengan romusha ini bertujuan untuk membuat sebuah saluran air atau parit dan terowongan yang dinamakan Terowongan Niyama. Konon banyak korban dari pendirian bendungan yang ada di Dusun Tumplak, Desa Besuki, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung ini.
Sejarawan Tulungagung Latif Kusairi menyebutkan, bila parit – parit dari anak Sungai Brantas yakni Kali Ngrowo dibuat hingga menuju Terowongan Niyama, yang kemudian dialirkan ke Samudera Indonesia yang berada di selatan Kabupaten Tulungagung. Hal ini karena rawa – rawa yang banyak terdapat di Campurdarat, Tulungagung mengalami pendangkalan pasca adanya letusan Gunung Kelud, sehingga saat hujan deras aliran air sulit mengalir karena rawa mengalami pendangkalan.
“Dulu wilayah Kabupaten Tulungagung ini sering dilanda banjir besar karena banyaknya rawa - rawa saat masa penjajajah Jepang, lalu oleh Jepang dibawah Residen Kediri Enji Kihara dibangunlah parit raya, parit agung, dan terowongan Niyama. Panjang parit ke terowongan ini ada 4 kilometer,” ucap Latif, kepada Okezone, Minggu (14/8/2022).
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
