PASURUAN, iNews.id - Berbagai persoalan daerah aliran sungai (DAS) seperti eksploitasi berlebihan, alih guna lahan, hilangnya vegetasi yang mengakibatkan terjadinya banjir, erosi tanah, longsor.
Bahkan, kekeringan ternyata berakar dari belum tepatnya strategi pengelolaan DAS.
Kondisi tersebut diperburuk dengan adanya tumpang tindih kewenangan pengelolaan, bahkan ketidakpedulian berbagai pihak terhadap upaya-upaya konservasi dan rehabilitasi.
Sehingga diperlukan manajemen kolaborasi untuk memastikan pengelolaan DAS dapat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.
Kebutuhan manajemen kolaborasi itu mengemuka dalam lokakarya nasional 23 Agustus 2022 di Global Forestry Hall, CIFOR-ICRAF Bogor, bertema “Pengelolaan Terpadu DAS Rejoso melalui Pertanian Berkelanjutan dan Emisi Rendah Karbon, serta Investasi Bersama Sumber Daya Air”.
Untuk mengkomunikasikan berbagai capaian dari program yang sudah dilakukan Rejoso Kita di wilayah hulu, tengah, dan hilir DAS Rejoso Pasuruan dilakukan skema pembayaran jasa lingkungan hidup.
Kemudian pengenalan teknologi budi daya padi ramah lingkungan, percontohan konstruksi sumur bor yang aman dan benar, serta penguatan kelembagaan Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kabupaten Pasuruan atau FDP.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait