Syaikhon menjelaskan, banyak guru pondok pesantren yang belum banyak menggunakan media pembelajaran dalam mengajar.
Dengan pengabdian masyarakat ini, Unusa ingin guru pesantren juga menerapkan media pembelajaran yang berdasarkan Aswaja.
"Karena memang berafiliasi pada pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU) maka pendekatan Aswaja juga harus diterapkan," ujarnya.
Lembaga yang berasaskan aswaja ini mengajarkan nilai-nilai Islam yang tasamuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazun (harmoni), dan taaddul (adil). Yayasan pondok pesantren ini memiliki beberapa lembaga pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai pada Madrasah Aliyah (MA) atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Permasalahan yang dihadapi di lembaga-lembaga pendidikan yang berada di naungan pondok pesantren ini adalah guru-gurunya masih banyak yang kurang memiliki jiwa kreatif dan inovatif. Tertutama dalam pembuatan media pembelajaran yang memuat materi-materi yang berasaskan nilai-nilai aswaja.
"Masih banyak guru yang menggunakan media pembelajaran sederhana yaitu menggunakan papan tulis, sehingga anak dalam pembelajaran kurang bisa menerima dengan baik apa yang guru sampaikan," ungkapnya.
Tujuan program pengabdian masyarakat (Pengmas) ini adalah untuk melakukan pendampingan pada uztaz dan uztazah di lingkungan sekolah di bawah naungan Pondok Pesantren Tahfizhul Quran dalam menyusun media pembelajaran berorientasi Aswaja.
Fokus program pengabdian masyarakat ini adalah untuk mencapai indikator kinerja utama yaitu kemandirian dalam menyusun media pembelajaran dan peningkatan kemampuan literasi sebagai akibat dari pemanfaatan pojok literasi.
Editor : Ali Masduki
Artikel Terkait