Sejak saat itu dirinya mulai berlatih sesekali hingga mengikuti berbagai kejuaraan. “2019 ikut PORPROV jadi Tim Sidoarjo tapi kalah, itu jadi motivasi untuk latihan di rumah. Lalu ikut Kejuaraan Antar Pelajar di Lamongan dan Jadi Juara 1. Saya terus berjuang dan latihan Akhirnya saya ikut KEJURPROV dan PORPROV, alhamdulillah semua jadi Juara 1,” imbuhnya
Alumnus SMA Kartika 43 Surabaya ini menyebutkan bahwa butuh waktu dua bulan latihan untuk POMNAS. “Latihan tiga kali sehari: pukul 5 subuh ada jogging untuk pemanasan, pukul 11 siang lari dua jam non stop. Terakhir pukul 3 sore latihan teknik sparing dan tarung sampai sebelum magrib,” sebutnya.
Haikal bersama kontingen lainnya dilatih oleh empat pelatih dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Bersama 23 atlet, kami ditempatkan di Komando Latihan (Kolat) Koarmada, tempat TNI AL pendidikan,” tambahnya.
Haikal mengaku bersyukur karena bisa mendapatkan keringanan dari kampus. “Sejujurnya selama latihan hampir tidak bisa bagi waktu. Alhamdulilllah diberi dispensasi selama dua bulan,” ujarnya.
Tak hanya soal waktu, menurut Haikal, tantangan terbesar selama latihan adalah melawan dirinya sendiri. Kesulitan hampir tidak ada. Kalau sparing dengan kelas bobot ringan sering bocor hidung. Lebam mata kena pukul kena tendang. Itu sudah biasa. Tergantung motivasi. Kalau disuruh push up 500 kali kadang capek,” jelasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait